Opini
Opini: Utang Pemerintah, Beban atau Berkat?
Investasi itu antara lain pembangunan infrastruktur besar-besaran di seluruh pelosok tanah air yang punya multiplayer effect yang sangat luas.
Pasalnya selain yield SBN-SBSN lebih tinggi, pajaknya lebih rendah dan jaminan keamanannya langsung oleh negara.
Semua capaian pemerintah ini membawa ingatan saya kembali kemasa lalu. Masa di mana Indonesia seperti tidak punya harga diri. Waktu itu, 25 tahun lalu atau tepatnya tanggal 15 Januari 1998. Pemerintah yang sedang kesulitan uang (baca:dollar) ditawari tambahan utang oleh IMF.
Syaratnya Indonesia harus patuh pada IMF. Utang luar negeri dengan akibat Indonesia jadi "negeri jajahan" ini tidak bisa dihindari.
Indonesia berada dalam cengkeraman pemerintah asing yang konon katanya memberikan bantuan. Padahal sesungguhnya mereka ini rentenir global yang jadi bandar dari lembaga keuangan dunia yang memberikan pinjaman dengan jerat mematikan.
Suatu momen menyakitkan terjadi pada tanggal 15 Januari 1998. Michel Camdessus, Direktur Pelaksana IMF terlihat dalam foto berdiri pongah bersedekap tangan menyaksikan Presiden Soeharto yang membungkuk di depannya menandatangani Letter Of Intent (LOI) IMF-Indonesia.
LOI ini harus ditandatangani sebagai syarat pinjaman tambahan Indonesia dari IMF itu. LOI yang harusnya jadi resep obat yang bisa menyembuhkan ternyata jadi racun mematikan yang justru memperparah penyakit si pasien.
Soeharto yang sudah tidak berdaya dan tidak bisa lagi jadi anak manis di mata Negara-negara rentenir ini bagi mereka harus tumbang.
Padahal sebelumnya ada resep mujarab Currency Board System (CBS) dari Prof. Steve H.Hanke yang menurut sebagian pakar ekonomi jika diterapkan bisa membawa Indonesia keluar dari krisis keuangan seperti yang terjadi di Negara-negara Bulgaria, Bosnia, Herzegovina, Lithuania, Estonia dan Argentina.
Steve Hanke, pakar ekonomi Amerika Serikat dari John Hopkins University mengusulkan pemerintah mematok nilai tukar rupiah fix pada angka 5,500 per dollar US.
Kebijakan moneter ini sempat diterapkan sebentar saja yang berhasil menaikkan nilai tukar rupiah 28 persen. Apa yang terjadi? Para bandar IMF sontak berang karena ini merusak rencana jahat mereka menumbangkan Soeharto dan nafsunya ingin tetap menguasai Indonesia. Akibatnya kita semua tahu apa yang terjadi. Indonesia semakin dalam terperosok ke kubangan utang dan Soeharto lengser.
Menyadari kekeliruan masa lalu ini, kita sekarang mestinya patut hormat dan berterimakasih kepada semua presiden pasca orde baru.
Para pemimpin kita ini sadar, bahwa Indonesia tidak boleh lagi jadi "budak" negara asing karena utang luar negerinya. Indonesia tidak boleh lagi didikte Negara-negara asing karena banyak utang. Indonesia yang sumberdayanya berlimpah-ruah harus jadi negara maju yang mandiri. Tidak bertumpu pada utang luar negri.
Dari tekad yang luar biasa semua presiden kita mengurangi utang luar negeri ini, hasilnya bisa kita lihat sekarang. Bahkan utang pokok 11.1 M dollar IMF lunas tahun 2006 dimasa pemerintahan SBY. Hutang luar negeri kita sekarang amat sangat kecil. Hanya sekitar 11 persen dari total utang. Bandingkan dengan utang dimasa pemerintahan orde baru dan sebelumnya.
Minimnya utang ini juga yang barangkali membuat Presiden Jokowi dikenal sebagai presiden paling keras kepala dan pemberani di mata para pemimpin dunia. Kenapa? Karena Jokowi berani melawan negara manapun termasuk si-adidaya Amerika Serikat maupun sekutu-sekutu Uni Eropa dan Asia.
Siapapun dilawan kalau menghalangi gerak langkah Jokowi memajukan Indonesia. Indonesia sekarang jadi negara terhormat di dunia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.