Terorisme

Akui Keterlibatan Kelompok Radikal dalam Serangan Moskow, Putin Tetap Curiga Keterlibatan Ukraina 

Terlepas dari semua tanda-tanda yang mengarah ke NIIS, Putin tak mau melepaskan kecurigaan terhadap Ukraina.

|
Editor: Agustinus Sape
AP/ALEXANDER ZEMLIANICHENKO
Saidakrami Murodali Rachabalizoda, tersangka penembakan di Balai Kota Crocus, dikawal polisi dan petugas FSB di Pengadilan Distrik Basmanny di Moskwa, Rusia, pada 24 Maret 2024. 

Para pemimpin ISKP kemungkinan juga melihat Rusia mendukung berlanjutnya kekuasaan Taliban yang telah menindas mereka. Mereka mengingat operasi militer Soviet di Afghanistan pada 1980-an dan ”jihad” yang dilakukan ayah atau kakek mereka melawan Rusia. Perang berdarah Rusia di Chechnya pada 1999 bisa jadi salah satu faktor.

Baca juga: Menhan AS Peringatkan Ancaman terhadap Ukraina, Perlu Bantuan Militer ke Kyiv

Sebagian besar serangan yang terkait dengan ekstremis yang menimpa Rusia dalam seperempat abad terakhir dilakukan kelompok separatis Chechnya. Di antaranya kasus penyitaan sekolah di Beslan pada 2004 yang menewaskan 300 orang. Ada pula pengeboman apartemen pada 1999 yang memicu lagi perang Rusia-Chechnya.

Setelah NIIS mendeklarasikan kekhalifahan di sebagian besar Suriah dan Irak pada Juni 2014, ribuan laki-laki dan perempuan dari seluruh dunia bergabung. Mereka termasuk ribuan orang dari bekas Uni Soviet, ratusan di antaranya dari Tajikistan.

Salah satu tokoh paling menonjol yang bergabung dengan NIIS adalah Gulmurod Khalimov. Dia perwira pasukan khusus Tajikistan sebelum membelot dan bergabung dengan NIIS di Suriah pada 2015. Pada 2017, militer Rusia mengatakan, Khalimov terbunuh dalam serangan udara Rusia di Suriah.

NIIS mengakui sebagai dalang pengeboman pada 2015 terhadap sebuah pesawat Rusia yang membawa wisatawan pulang dari resor Mesir Sharm al-Sheik. Dua tahun kemudian, mereka mengaku di balik bom bunuh diri di kereta bawah tanah di St Petersburg yang menewaskan 15 orang.

Dipaksakan

Sampai sejauh ini sudah ada 11 orang yang ditahan, empat tersangka di antaranya mengaku melarikan diri ke arah wilayah Bryansk untuk mencoba menyelinap masuk ke Ukraina.

Keempat pelaku yang semua warga negara Tajikistan itu mengaku bersalah dan bisa diancam dengan hukuman seumur hidup.

Namun, jika melihat kondisi wajah mereka yang lebam dan bengkak seperti mengalami penyiksaan, pengakuan bersalah mereka mungkin dipaksakan.

Salah satu pelaku, Dalerdzhon Mirzoyev, tampak lemas bersandar pada kaca saat tuduhan terorisme dibacakan.

Pelaku lain, Saidakrami Rachabalizoda, muncul dengan telinga dibalut perban. Sementara Muhammadsobir Fayzov muncul dengan pakaian rumah sakit dan duduk di kursi roda dengan wajah penuh luka.

Tersangka keempat, Syamsiddin Fariduni, wajahnya juga memar. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menolak menjawab pertanyaan wartawan mengenai apakah mereka disiksa.

Kantor berita Rusia, Interfax, menyebutkan, pengadilan menahan dua tersangka lagi yang berasal dari Tajikistan, yakni ayah dan anak Isroil dan Aminchon Islomov. Putranya yang berkewarganegaraan Rusia, Dilovar, juga ditahan.

Komite Investigasi meyakini Aminchon dan Dilovar direkrut oleh Fariduni. Dilovar disebutkan sebagai pemilik mobil yang digunakan ketika mereka menyerang Balai Kota Crocus.

Kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia di Rusia mengecam kekerasan yang dialami para tersangka. Team Against Torture, kelompok yang menentang kebrutalan polisi, mengatakan, para pelaku memang harus menghadapi hukuman berat, tetapi mereka tidak boleh diperlakukan dengan biadab. Nilai kesaksian atau pengakuan yang diperoleh melalui penyiksaan itu tidak kuat.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved