Terorisme

Akui Keterlibatan Kelompok Radikal dalam Serangan Moskow, Putin Tetap Curiga Keterlibatan Ukraina 

Terlepas dari semua tanda-tanda yang mengarah ke NIIS, Putin tak mau melepaskan kecurigaan terhadap Ukraina.

|
Editor: Agustinus Sape
AP/ALEXANDER ZEMLIANICHENKO
Saidakrami Murodali Rachabalizoda, tersangka penembakan di Balai Kota Crocus, dikawal polisi dan petugas FSB di Pengadilan Distrik Basmanny di Moskwa, Rusia, pada 24 Maret 2024. 

POS-KUPANG.COM, MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya mengakui para pelaku serangan di Balai Kota Crocus yang menewaskan 139 orang dan melukai 180 orang adalah anggota ”kelompok radikal”. Baru kali ini Putin mengakui hal itu sejak serangan terjadi pada 22 Maret 2024.

Meski demikian, Putin tetap berkeyakinan Ukraina bisa saja ikut berperan dalam serangan itu. Keyakinan ini masih kuat karena belum diketahui jelas alasan para pelaku melarikan diri ke arah Ukraina setelah serangan. Ukraina sudah membantah keras tuduhan Rusia itu.

Pernyataan Putin itu disampaikan dalam pertemuan untuk membahas respons terhadap serangan itu, Senin (25/3/2024). Sebelum pernyataan Putin, Presiden Perancis Emmanuel Macron menyatakan memiliki informasi intelijen yang menunjukkan entitas Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang melakukan serangan itu.

Baca juga: Rusia Tahan 11 Orang dalam Serangan di Gedung Konser Moskow, Sedikitnya 133 Orang Tewas

Kelompok itu bahkan hendak menyerang Perancis. Pernyataan Macron itu menyusul klaim Amerika Serikat bahwa NIIS-Khorasan yang berafiliasi dengan Afghanistan adalah pelakunya. NIIS sudah mengakui serangan itu dan sudah merilis rekaman serangannya.

Meski demikian, para penyelidik kasus ini belum mengetahui siapa yang memerintahkan serangan. Bagi Putin, penting untuk mencari tahu mengapa terduga pelaku penembakan itu mencoba melarikan diri ke Ukraina dan siapa yang menunggu mereka di sana. Terlepas dari semua tanda-tanda yang mengarah ke NIIS, Putin tak mau melepaskan kecurigaannya terhadap Ukraina.

”Pertanyaannya, siapa yang diuntungkan dari serangan ini. Siapa yang memerintahkannya? Kekejaman ini mungkin hanya rangkaian dari upaya mereka yang berperang dengan kita sejak 2014 oleh rezim neo-Nazi Kyiv,” kata Putin.

Putin mengatakan, AS, dengan berbagai cara, berusaha meyakinkan dunia bahwa tidak ada jejak Kyiv dalam serangan teror Moskow. Putin juga memperingatkan kemungkinan akan terjadi lebih banyak serangan dan kemungkinan negara-negara Barat terlibat.

Dia tidak menyinggung kemungkinan serangan teroris yang disampaikan secara rahasia oleh AS kepada Moskow dua pekan sebelum serangan terjadi.

Tiga hari sebelum serangan, Putin mengecam pemberitahuan Kedutaan Besar AS di Rusia pada 7 Maret yang mengimbau warga AS menghindari kerumunan di Moskow, termasuk konser. Hal itu dinilai Putin upaya untuk menakut-nakuti warga Rusia menjelang pemilihan presiden.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, kepada harian Komsomolskaya Prava, mengatakan, AS sedang membangkitkan ”hantu” NIIS untuk menutupi pelaku yang sebenarnya di Kyiv.

Zakharova mempertanyakan pernyataan AS bahwa NIIS, yang pernah berusaha menguasai Irak dan Suriah, berada di balik serangan itu. Dia mengingatkan bahwa AS pernah mendukung mujahidin yang melawan pasukan Soviet di Afghanistan pada 1980-an.

Pertanyaannya, mengapa NIIS menyerang Rusia? Harian The Guardian, 25 Maret 2024, menyebutkan, ada alasan praktis, historis, dan ideologis. Para pemimpin NIIS telah lama melihat serangan terhadap sasaran yang jauh sebagai bagian integral dari proyek mereka.

Operasi semacam ini—jika berhasil—tidak hanya meneror musuh-musuh mereka, tetapi juga memobilisasi pendukung yang ada dan menarik pendukung baru.

Sering kali target ditentukan oleh sumber daya yang tersedia. Dalam 18 bulan terakhir, NIIS merekrut anggota di Asia Tengah melalui cabangnya di Afghanistan, Negara Islam Provinsi Khorasan (ISKP). Lantaran mereka bisa berbahasa Rusia, atau bahkan warga negara Rusia, para rekrutan ini mudah mencapai target di Moskow.

Rusia sudah jadi incaran NIIS selama bertahun-tahun. Para pemimpin NIIS menyadari dukungan Rusia terhadap rezim Bashar al-Assad di Suriah. Poin penting yang disampaikan dalam propaganda NIIS mulai dari Pakistan hingga Nigeria adalah Moskwa bagian dari koalisi yang lebih luas yang terlibat dalam pertempuran selama 1.400 tahun melawan Islam.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved