Ramadhan 2024
Kultum 18 Maret 2024, "Mengapa Ramadhan itu Begitu Indah?"
Semua masyarakat baik yang taát beragama atau tidak taát secara serentak bersama-sama menggaungkan syiár Ramadhan ini.
Oleh Ustadz Hidayat Mustafid, Lc. M.A.
Secara empiris suasana Ramadhan dirasakan berbeda oleh semua orang. Mengapa ada suasana berbeda? Karena selain adanya suatu ibadah tahunan selama satu bulan, semua masyarakat baik yang taát beragama atau tidak taát secara serentak bersama-sama menggaungkan syiár Ramadhan ini. Di siang hari orang-orang beriman berpuasa dengan penuh tanggung jawab.
Para orang tua yang perhatian terhadap anak-anaknya mengajak mereka untuk berpuasa meskipun belum menjadi kewajiban. Bahkan di kalangan anak-anak yang belum baligh itu ada rasa bangga dan senang ketika mereka berpuasa.
Sebaliknya, ketika ada kawannya yang tidak berpuasa maka hal itu menjadi sudut pandang yang tidak baik dan anak tersebut dianggap sebagai anak yang tidak baik.
Bulan Ramadhan dirasakan lebih indah oleh semua orang dibanding bulan-bulan yang lain, bahkan orang yang tidak berpuasa pun ikut merasakannya.
Lebih-lebih di suasana malam hari. Semarak buka bersama diadakan di mana-mana, lebih-lebih di masjid-masjid.
Kekompakan masyarakat muslim dalam menjalankan shalat berjamah di masjid, terutama shalat terawih, itu menjadi gaya tarik tersendiri.
Yang berbondong-bondong pergi ke masjid bukan hanya orang-orang tua, tapi juga anak muda bahkan anak-anak kecil. Memang, selain ada kemeriahan dalam suasana lahir yang tampak bagi semua orang, di bulan suci Ramadhan ada suasana nyaman dan tentram dalam batin.
Kondisi ketentraman batin itu bisa jadi karena pintu-pntu kebaikan dibuka dan pintu keburukan ditutup sebagaimana jelaskan oleh Rasulullah shallallahu álaihi wasallam dalam haditsnya bahwa pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan diblenggu.
Ada yang bertanya, “Kalau syetan-syetan dibelenggu, mengapa masih banyak orang yang berbuat maksiat?” maka jawabannya ada dua.
Baca juga: Kultum 17 Maret 2024, "Merajut Nostalgia Bersama Ramadhan"
Pertama: yang dibelenggu itu adalah syetan-syetan yang berkeliaran sebagaimana yang dikatakan dalam riwayat lain, “wa shuffidat marodatus-syayaathien”. Oleh karena itu, di bulan Ramadhan tempat-tempat yang biasanya terasa angker dan menakutkan itu dirasa nyaman dan cerah. Sementara syetan yang menjadi residen tetap pada diri setiap manusia masih tetap menggoda.
Dengan demikian, masih banyak yang enggan melaksanakan ibadah. Kalau di awal-awal Ramadhan sih, mungkin orang-orang masih menghormati dan tidak ada yang terang-terangan makan di warung, tapi kaluau lewat satu minggu atau bahkan baru ke lima hari, sudah banyak itu kaki yang terlihat di balik tabir warteg (warung nasi di pinggir-pinggir jalan). Mereka sedang makan di siang hari, bahkan di pagi hari.
Yang kedua menurut Imam Ibnu Hajar dalam Syarah Bukhari, syetan-syetan itu dibelenggu; maksudnya tidak dapat menggoda orang-orang yang berpuasa yang puasanya dijaga syarat dan adab-adabnya.
Berarti orang yang puasanya hanya menahan lapar dan haus serta menahan hasrat syahwat kepda isteri di siang hari sementara mata, telinga, lidah dan anggota badan yang lain tidak dijaga dari hal-hal yang merusak nilai puasa maka syetan itu bebas menggodanya. Oleh Karena itu, Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan palsu (dosa) atau perbuatan palsu (maksiat) maka Allah tidak perlu kepada orang itu untuk meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya.”
Kultum Edisi Selasa 9 April 2024, "Jangan Merusak Tenunan yang Sudah Jadi" |
![]() |
---|
Kultum Edisi Rabu 10 April 2-24, Pahala Besar Linear dengan Ilmu dan Kesadaran |
![]() |
---|
Ramadhan 2024, BPBD Alor Bersihkan Lokasi Sholat Ied |
![]() |
---|
Ramadhan 2024, Ketua Pemuda GMIT Petra Kefamenanu Apresiasi Toleransi di Timor Tengah Utara |
![]() |
---|
Ramadhan 2024, Penjabat Bupati Rote Ndao Gelar Buka Puasa Bersama di Rujab |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.