Opini

Hoaks dan Ujaran Kebencian di Masa Pilpres

Ini akibat dari informasi palsu yang dengan sengaja dibuat dan disebar untuk memanipulasi emosi pengguna media sosial demi menekan rasionalitas.

Editor: Dion DB Putra
shutterstock
Ilustrasi. 

Pakaian dan daun palma dibentangkan di sepanjang jalan yang akan dilewati rombongan diiringi teriakan Hosana bagi putera Daud.

Hoaks dan hate speech yang disebar dalam sekejap berhasil mengubah cinta dan hormat jadi benci dan hinaan. Warga akhirnya berhasil memaksa Pilatus menjatuhkan hukuman mati lewat penyiksaan yang berakhir dengan penyaliban di bukit Golgota.

Rasa hormat dan cinta kepada Sang Guru dan pembuat mujizat ini seketika berubah menjadi kebencian yang luar biasa. Di pengadilan sesat, Pilatus yang tidak menemukan kesalahan pada diri Yesus masih coba mempengaruhi keputusan.

Ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak untuk cuci tangan atas dosa pengadilan sesat ini. Ucapan Pilatus "aku tidak bersalah atas darah orang ini" dengan lantang dan spontan dijawab kerumunan massa dengan teriakan "Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan anak anak kami".

Hoaks dan hate speech telah menuntaskan kekejaman atas diri anak manusia yang tidak bersalah. Dan semuanya terjadi dalam tempo yang begitu cepat.

Hoaks dan hate speech juga telah menyebabkan enam juta warga Yahudi dibantai tanpa ampun oleh rezim Nazi di bawah komando kanselir Adolf Hitler.

Holocaust terjadi karena Hitler dan rezimnya (baca:negara) berhasil secara massif, sistematis dan terstruktur menciptakan ketakutan di seantero negeri lewat hoaks dan ujaran kebencian.

Bahwa bangsa Yahudi adalah ancaman laten. Bahwa jumlah bangsa Yahudi yang semakin besar ini sangat berbahaya bagi eksistensi ras Aria, kasta tertinggi di muka bumi. Aria harus dimurnikan dari Yahudi. Alhasil terjadilah fenomena yang sangat mengerikan.

Tetangga yang dulunya hidup berdampingan baik baik saling tolong menolong sekarang bukan lagi tetangga, bahkan bukan lagi manusia. Mereka tidak layak hidup dan harus dilenyapkan dari muka bumi.

Sahabat yang dulu pernah menolong dikala susah, sekarang bukan lagi sahabat bahkan bukan lagi manusia dan harus dihabisi.

Tidak ada hutang budi di sana. Mereka layak mati karena mereka Yahudi. Si gadis Yahudi kecil Leah Chaya yang meminta dikasihani tetap saja diseret tanpa ampun oleh tentara Nazi masuk ke dalam kamar gas untuk dieksekusi mati.

Kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau adalah saksi bisu kejahatan kemanusiaan paling mengerikan dalam sejarah peradaban manusia. Di situ hampir satu juta warga Yahudi tua muda besar kecil tak bersalah dibunuh secara biadab. Mereka tewas dengan cara disekap dalam kamar gas.

Pembantaian ini bahkan merambah sampai ke kaum Gipsi (Roma), Slavia (Polandia, Rusia dan sebagainya). Patung 82 bocah di desa Lidice Chekoslovakia mengingatkan para pengunjung betapa kejamnya tentara Jerman yang mengakhiri hidup 82 bocah tak berdosa dengan berondongan senapan mesin.

Hoaks dan ujaran kebencian telah berhasil menciptakan perang dunia kedua maha dasyat dengan korban lebih dari 50 juta jiwa.

Rwanda 7 April 1994

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved