Opini

Sinopsis Tarian Gawi: Tradisi Seni dan Olahraga

Tarian ini kemudian berkembang menjadi suatu seni tarian massal yang mempersatukan semua warganya.

|
Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/TOMMY NULANGI
Anggota IKKEF menari gawi di GOR Oepoi, Kupang, Sabtu (21/7/2018) lalu. Hari ini, Sabtu (16/12/2023), IKKEF menyelenggarakan gawi massal di halaman depan Kantor Gubernur NTT melibatkan ribuan peserta. 

Oleh: Dr. Ir. Leta Rafael Levis, M.Rur. Mgnt
Tokoh masyarakat Ende, dosen Universitas Nusa Cendana Kupang

POS-KUPANG.COM - Gawi awalnya sebagai tandak adat, ungkapan kegembiraan setelah menang perang antar suku untuk memperluas wilayah tanah ulayat. Juga syukur saat pesta adat khususnya seperti ‘Joka Ju’ (tolak bala atau tolah roh jahat).

Tarian ini kemudian berkembang menjadi suatu seni tarian massal yang mempersatukan semua warganya.

Baca juga: Hari Ini Ikatan Keluarga Besar Ende Flores Gawi Massal Melibatkan 1.500 Orang di Kota Kupang

Baca juga: Setelah Masuk Rumah Adat di Ende, Menkopolhukam Mahfud MD Diajak Gawi Bersama

Tarian gawi berasal dari Kabupaten Ende yang terletak di jatung Pulau Flores.

Ende dikenal luas sebagai kabupaten Tiga Warna serta sebagai rahim lahirnya Pancasila karena Bung Karno merenungkan nilai-nilai Pancasila di bawah rindangan pohon sukun bercabang lima yang terletak di Kota Ende.

Secara etnografis, Kabupaten Ende terdiri dari tiga etnis yakni etnis Lio, etnis Ende dan etnis Nage.

Etnis Lio merupakan etnis terbesar yang meliputi 15 kecamatan di Ende, menyebar dari wilayah Lio Selatan, Lio Utara hingga Lio Timur.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. Leta Rafael Levis 
 
 
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. Leta Rafael Levis      (POS-KUPANG.COM/HO-DOK.TRIBUN)

Di wilayah Lio inilah kebudayaan tarian massal bernama gawi ini dikreasi
dikembangkan dan diwariskan oleh para leluhur kepada generasi muda Ende sampai saat ini.

Simbol Bersatu dan Gotong Royong

Tarian gawi adalah simbol bersatu, dan semangat gotong royong.

Saling bergandengan tangan membentuk lingkaran menggambarkan suatu tekad bersama untuk memenangkan suatu perjuangan.

Semangat bersatu melalui bergandengan tangan serta hentakan kaki saat gai merupakan manisfetasi dari filosofi masyarakat Kabupaten Ende yakni semangat tau uju kunu (menyatukan keluarga), sa boka sa ate (sehati sesuara), boka ki bere ae (bergotong royong dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah atau pekerjaan, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, singkatnya sama-sama susah sama-sama senang).

Nilai moral dalam gawi menginspirasi semangat menyatukan keluarga dan suku se kabupaten Ende, baik di Ende maupun masyarakat diaspora di mana saja berada, termasuk semangat untuk hidup rukun bersama orang lain dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itulah, dalam aksinya, peserta gawi harus bergandengan tangan, membentuk lingkaran, sama-sama menghentakan kaki, mengatur nada sehingga membentuk seni tarian massal yang indah yang menyemangati setiap peserta dalam semangat kebersamaan dan kegembiraan.

Dalam perkembangannya, gawi juga adalah tarian syukur atas panen melimpah atau hari ulang tahun, pernikahan dan lain-lain.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved