KLB Rabies
Pemprov NTT Tunggu Arahan BPNB Tangani Darurat KLB Rabies
BNPB ditunjuk sebagai komandan dalam pengendalian rabies di NTT. Badan setara Kementerian itu diberi kewenangan berdasarkan pengalamannya
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pemerintah Provinsi NTT kini sedang menunggu arahan BNPB untuk penanganan darurat KLB rabies yang sedang merebak di NTT.
BNPB ditunjuk sebagai komandan dalam pengendalian rabies di NTT. Badan setara Kementerian itu diberi kewenangan berdasarkan pengalamannya menangani penyakit mulut dan kuku di ternak sapi.
Kepala BPBD NTT Ambrosius Kodo mengatakan, ia dan Dinas Peternakan NTT sebelum ikut dalam rapat bersama Kemenko PMK. BPNB akan mengambil langkah mendukung daerah dan fokus pada Kabupaten TTS dan TTU.
"Semua kita akan menunggu langkah yang diambil oleh BNPB, kita menanti. Kita di daerah siap mendukung dalam rangka menekan rabies di dua kabupaten ini supaya jangan menyebar lagi," ujarnya, Kamis 22 November 2023.
Baca juga: Bupati Malaka Ingatkan Warga Kandangkan Hewan Penular Rabies
Menurut Ambrosius Kodo, NTT sebetulnya sudah punya status siaga darurat. Tapi akan ada upaya lanjutan dengan dukungan Pemerintah pusat lewat penetapan darurat bencana tertentu yang ditetapkan BNPB.
Adanya penetapan itu maka BNPB akan menggelontorkan dana siap pakai untuk penangan. Status kedaruratan bencana tertentu itu biasanya dilakukan di BNPB.
"Untuk penetapan status kita juga sedang koordinasi dengan BNPB," sebutnya.
Baca juga: Pemerintah Pusat Siapkan Strategi Penanganan Darurat Rabies di Provinsi NTT
Kabid Keswan Dinas Peternakan NTT Melki Angsar menyebut NTT sebetulnya sudah menetapkan status siaga sejak bulan Juli 2023 lewat keputusan Gubernur.
"Tapi masih terkendala kan soal dana. Sehingga baru-baru rapat terakhir dengan Pak Kemenko PMK, jadi sekarang penanganan diambil alih sama, dibawa kendali Kepala BNPB," katanya.
Pihaknya juga sedang menunggu petunjuk lebih dari Pemerintah pusat untuk hal ini. NTT juga sudah memiliki satgas namun terkendala anggaran.
Melki Angsar menyebut konsep penanganan yang digunakan BNPB akan sama dengan penanganan penyakit mulut dan kaki beberapa waktu lalu.
Faktor biaya operasional menjadi hambatan utama karena petugas lapangan harus melakukan vaksinasi hewan ke kampung-kampung. Letak geografis tiap daerah di NTT berpengaruh pada anggaran.
Baca juga: Fenomena Gigitan Anjing Diduga Rabies di Miomaffo Barat Timor Tengah Utara Tembus 54 Kasus
"Kalau sudah ada operasionalnya kan pasti lebih cepat. Orang akan kerja semangat," sebut dia.
Melki Angsar menyebut hingga bulan November 2023 vaksinasi rabies di wilayah Flores - Lembata sudah 40.020 ekor sedangkan di pulau Timor sudah 58.688 ekor. Sementara stok vaksin awal berjumlah 225.000 dan kini tersisa 126.292 vial vaksin.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.