Lipsus

Rambu Kudu Anaknya Ceria, Pamit Keluarga untuk Wisuda Ditemukan Tak Bernyawa

Anggreani Kudu Lobo atau Rambu Kudu, berpamitan dengan keluarga untuk makeup wisuda, belakangan ditemukan tak bernyawa di bawah Jembatan Liliba Kupang

POS KUPANG/RAY REBON
TANGIS KELUARGA - Tangis keluarga almh Anggreani Kudu Lobo di ruang instalasi pemulasaran jenazah (IPJ) RSB Titus Ully, Selasa (10/10). 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Anggreani Kudu Lobo, merupakan mahasiswi D3 Farmas Poltekkes Kemenkes Kupang, ditemukan tak bernyawa di Kali liliba, Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Selasa (10/10) pagi.

Sebelumnya, jam 02.00 Wita, Rambu Kudu panggilan akrab Anffreani Kudu Lobo berpamitan ke keluarganya akan pergi ke tempat make up untuk persapan wisuda hari itu.

Informasi yang diperoleh Pos Kupang dari warga disekitar lokasi Jembatan Liliba menyebutkan, perempuan muda itu Rambu Kudu itu nekat mengakhiri hidupnya sejak Selasa dinihari. Warga mendapati sesosok wanita mengenakan kaos berwarna merah dan celana hitam.

"Dapat tadi sekitar jam 8.00, pas polisi ada jaga di depan sini. Baru orang teriak ada jenazah," sebut sejumlah pekerja proyek yang ditemui di sekitar Jembatan Liliba.

KAMAR KOS - Kamar Kos Remaja Putri, Anggreni Kudu Lobo yang Meninggal Bunuh Diri di Jembatan Liliba, Selasa (10/10).
KAMAR KOS - Kamar Kos Remaja Putri, Anggreni Kudu Lobo yang Meninggal Bunuh Diri di Jembatan Liliba, Selasa (10/10). (POS-KUPANG.COM/VANIA BUNGA)

Dalam potongan video yang diperoleh Pos Kupang terlihat, mayat perempuan itu dalam posisi telungkup. Usai dievakuasi, Kepolisian dari Polresta Kupang Kota memasang garis polisi dan berjaga di sekitar lokasi.
Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui apa motif dari kejadian ini, dugaan sementara, korban Rambu Kudu tewas karena bunuh diri.

Rambu Kudu berasal dari Kelurahan Pametikarata, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur. Dari kampung halamannya, Rambu Kudu datang ke Kupang tahun 2019 untuk melanjutkan pendidikannya di Poltekkes Kemenkes Kupang. Selama berkuliah di Kupang, Rambu Kudu tinggal di kos-kosan di di Kelurahan Oesapa, Kota Kupang.

Informasi dari Tanta dari Rambu Kudu, Desinta May Niha kepada Pos Kupang, menjelaskan, pada Selasa pukul 02.00 Wita, Kudu Rambu memberitahukan kepada ibu kandungnya, Marciana Loda, akan pergi make up dalam rangka wisuda yang akan dilangsungkan hari Senin itu.

"Rambu pamit di mama sekitar jam 2 pagi untuk pergi make up, karena hari ini dia mau wisuda," kata Desinta, Selasa (10/10) siang.

Baca juga: Polisi Dalami Kasus Mahasiswi Bunuh Diri di Jembatan Liliba Kota Kupang

Namun hingga beberapa jam, ibu dan nenek dari Rambu Kubu menunggu, ternyata Rambu Kudu tidak kunjung pulang. Lalu Marciana menghubungi Desinta untuk mencaritahu tentang keberadaan Rambu Kudu.
Desinta langsung menghubungi salah satu adiknya yang juga hari ini diwisudakan di Poltekkes Kemenkes Kupang untuk memastikan apakah Rambu Kudu juga menjadi peserta wisuda atau tidak.

Namun, beberapa waktu kemudian, dia mendapat informasi bahwa Rambu Kudu ditemukan meninggal dunia di Kali Liliba atau dibawah Jembatan Liliba. Dan jenazah korban sudah dibawah ke Rumah Sakit Bhayangkara (RSB) Titus Uly Kupang.

Mendengar informasi itu, Desinta bersama dengan Marciana dan keluarga keluarga langsung mendatangi RSB Titus Uly Kupang untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.

Ternyata setelah dicek, benar bahwa jenazah yang ditemukan di Kali Liliba itu adalah benar jenazah Rambu Kudu. Desinta mengatakan, menurut rencananya, jenazah Rambu Kudu akan dipulangkan ke kampung halamanya di Sumba pada hari ini Rabu (11/10).

Pantauan Pos Kupang di Instalasi Pemulasaran Jenazah (IPJ) RSB Titu Ully Kupang, mama kandung almh Rambu Kudu, Marciana Loda bersama keluarga dan sahabat almh, yang tiba disana tak kuasa menahan tangis usai mengetahui jenazah adalah Rambu Kudu. Sejumlah keluarga, kenalan, teman terus berdatangan ke IPJ RSB Titus Ully Kupang. Usai visum, jenazah Rambu Kudu didoakan lalu dibawa ke rumah duka di kost almh di wilayah Kelurahan Oesapa, Kota Kupang.

* Keluarga Tolak Autopsi
Mariani Loda, ibu kandung Rambu Kudu menolak jenazah anaknya diautopsi. Hal ini disampaikan lansgung Mariani saat ditanyai oleh pihak keposian dari Polresta Kupang Kota.

"Kami tolak untuk lakukan autopsi jenazah anak kami, kami tetap terima kematiannya," kata Mariani Loda, ibunda dari almarhum Rambu Kudu.

Keluarga Anggreani Kudu Lobo saat berada di RSB Drs Titus Uly Kupang, Selasa (10/10/2023). Mereka menunggua jenazah Anggreani Kudu Lobo, mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kupang yang bunuh diri di Jembatan Liliba.
Keluarga Anggreani Kudu Lobo saat berada di RSB Drs Titus Uly Kupang, Selasa (10/10/2023). Mereka menunggua jenazah Anggreani Kudu Lobo, mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kupang yang bunuh diri di Jembatan Liliba. (POS-KUPANG.COM/RAY REBON)

Menurut Mariani, dirinya bersama keluarga tetap menerima kematian anak mereka. Kata dia, jenazah anaknya akan disemayamkan malam ini di kosnya di Oesapa, dan pada Rabu 11 Oktober 2023 akan dipulangkan ke kampung halamannya di Sumba Timur untuk dimakamkan.

"Jenazah Anggreani (Rambu Kudu) besok kami akan bawah pulang ke Sumba untuk dimakamkan," tambahnya.

* Anak yang Ceria
Gris, seorang teman kos Rambu Kudu, mengatakan, Rambu Kudu adalah anak yang ceria. Menurut Gris, Rambu Kudu biasa disapa Kudu dan ia merupakan anak yang ceria. "Dia anak yang asik, tinggal di kamar ke-4 dari sebelah saya, anaknya ceria," ungkap Gris ditemui di kos-kostan.

Menurutnya, kamar Rambu Kudu berada pada kamar keempat dan berwarna hijau. Di depan kamar kos korban terdapat sebuah kursi dan pintu kamarnya dilengkapi oleh gantungan penangkal mimpi. Gris memang mengakui bahwa meskipun kudu adalah anak yang asik, belakangan ini dia tidak pernah bercerita dengan teman-teman kosnya lagi.

 

"Belakangan ini dia sedikit tertutup, kami sudah jarang berbicara akhir-akhir ini, dia tidak banyak bercerita dengan kami teman-teman kos nya," jelas Gris.

Pantauan Pos Kupang, kamar kos Rambu Kudu terlihat sepi. Hanya ada satu pintu kos yang terbuka. Kos Rambu Kudu terdapat 5 kamar dan kamar Rambu Kudu berada di kamar keempat.

Kondisi rumah duka sekarang ramai oleh pelayat. Rumah duka berada di RT 37 RW 12 Kelurahan Oesapa. Meski demikian belum ada tenda yang terpasang.

Diketahui bahwa jenazah akan dibawa kembali ke daerah asalnya. Jenazah berasal dari Kelurahan Pematikarata, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur.

* Kronologi Kematian Rambu Kudu

Agnes, pemilik rumah kos yang selama ini ditingali Rambu Kudu mengisahkan kronologis kematian Rambu Kudu. Ditemui di rumah duka, Agnes menjelaskan Kudu pamit kepada orang tuanya untuk make up di sekitar jam 3 pagi.

"Setau saya, Kudu hari ini pergi wisuda, jadi di jam 3 pagi dia pergi izin untuk make up, tetapi dia tidak kembali lagi," jelas Ibu Agnes.

Agnes juga melanjutkan orang tua Kudu di jam 5 pagi dan 8 pagi sudah menelponnya tetapi tidak ada jawaban. "Orang tuanya juga sempat telepon, neneknya telepon, mamanya telepon tetapi tidak ada balasan," kata Agnes.

Lanjutnya, sekitar jam 10 pagi ada informasi kematian, bunuh diri. "Di jam 10 pagi ada informasi kematian, ada om pergi langsung lihat motornya dan kami semua langsung pergi ke Rumah Sakit Bhayangkara, saya tidak ke jembatan lagi," ungkapnya.

Seorang remaja putri ditemukan sudah tidak bernyawa di kali Liliba, Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Selasa (10/10/2023). Korban diduga bunuh diri dengan cara melompat dari Jembatan Liliba.
Seorang remaja putri ditemukan sudah tidak bernyawa di kali Liliba, Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Selasa (10/10/2023). Korban diduga bunuh diri dengan cara melompat dari Jembatan Liliba. (TANGKAPAN LAYAR)

Menurut Agnes, Rambu Kudu merupakan anak yang ceria dan tanpa masalah. Dia shock atas kejadian ini, karena Kudu merupakan anak yang ceria dan tidak menunjukan tanda apapun.

"Kami semua tidak menyangka, apalagi dia meninggal di hari bahagianya, orang tuanya sudah datang ke Kupang sejak tanggal 29 September lalu bersama adiknya dan Neneknya. Saya selaku Ibu Kos hanya tau anak ini mau diwisuda hari ini," ungkap Agnes.

Saat ini jenazah di semayamkan di rumah Ibu Agnes yang berada di depan kamar kos Kudu. Informasi selanjutnya, pada esok hari jenazah akan dibawa pulang kembali ke daerah asalnya.


* Bijak Sikapi Kasus Bunuh Diri

Center for Public Mental Health (CPMH) sebagai salah satu unit di Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), mengajak masyarakat sebagai pengguna media untuk lebih bijak menyikapi kasus bunuh diri.

Dalam unggahan Instagramnya @cpmhugm pada Senin, 9 Oktober 2023 menyampaikan, media memiliki peran besar dalam mempengaruhi persepsi masyarakat terkait bunuh diri. Narasi berita dapat memberikan dampak postitif dan sebaliknya. Semuanya tergantung bagaimana media mengolah isi pemberitaannya.

Dengan menggandeng Health Promoting University (HPU) UGM, CPMH membagikan apa saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam pemberitaan media.

Hal yang boleh dilakukan Media yakni menyadari bahwa bunuh diri merupakan isu yang kompleks dan dipengaruhi oleh beragam faktor kerentanan pada individu, Menuliskan bahwa bunuh diri dapat dicegah dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, Gunakan bahasa yang aman, tidak dibesar-besarkan, dan menghormati individu yang melakukan bunuh diri.

Berikutnya, Hindari bahasa yang meromantisasi atau mendramatisasi kejadian bunuh diri, Hanya menyajikan informasi yang telah terkonfirmasi kebenarannya, Tidak mencantumkan detail lokasi kejadian, Hindari membahas lokasi atau setting kejadian sebagai hotspot kasus bunuh diri, Tidak menyajikan metode upaya bunuh diri yang dilakukan.

Selanjutnya, Jangan pernah membagikan artikel yang mengandung gambaran atau tayangan kejadian bunuh diri, termasuk wasiat bunuh diri, dan bahkan pesan terakhir korban di media sosial, Memberikan strategi pencegahan bunuh diri dan mencantumkan upaya yang dapat dilakukan ketika memiliki ide bunuh diri, Sadari bahwa ada keluarga atau kerabat yang berduka dan Jangan pernah melaporkan bunuh diri sebagai tindakan kriminal.

Sementara hal-hal yang tidak boleh dilakukan Media yakni Menyederhanakan penyebab bunuh diri oleh suatu alasan saja, Menuliskan bahwa bunuh diri tidak dapat dicegah, Menggunakan bahasa yang bermuatan stigma atau bertujuan mencari sensasi, Meromantisasi kejadian bunuh diri, Menuliskan informasi yang merupakan spekulasi atau dugaan.

Berikutnya, Mencantumkan lokasi kejadian secara detail, Membahas lokasi atau setting kejadian sebagai hotspot kasus bunuh diri, Menuliskan atau menyajikan upaya bunuh diri yang dilakukan, Membagikan artikel yang mengandung gambaran atau tayangan kejadian bunuh diri, termasuk wasiat bunuh diri, dan bahkan pesan terakhir korban di media sosial.

Selanjutnya, Menyalahkan suatu pihak tertentu sebagai penyebab bunuh diri, Tidak memperhatikan atau mempertimbangkan kondisi orang-orang yang ditinggalkan, Melaporkan bunuh diri sebagai tindakan kriminal.

Dengan adanya pedoman ini, diharapkan media dapat menjadi mitra yang mendukung upaya-upaya pencegahan bunuh diri dan memberikan informasi yang tepat dan bertanggung jawab kepada masyarakat.

(rey/fan/vel/vickry.vania.maria.priska)

 

* Kampus Poltekkes Kemenkes Kupang Masih Kumpulkan Data Rambu Kudu

Pihak Kampus Poltekkes Kemenkes Kupang mengaku masih mengumpulkan data-data terkait mahasiswi yang merupakan korban  bunuh diri di Jembatan Liliba Kupang.

"Intinya masih kumpulkan seluruh data-data korban bunuh diri," kata Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang melalui Humas Poltekkes Kemenkes Kupang, Isak saat dikonfirmasi POS-KUPANG.COM, Selasa 10 Oktober 2023 di Kampus Poltekkes Kemenkes Kupang.

Diketahui mahasiswi korban bunuh diri di Jembatan Liliba Kupang atas nama Anggreani Kudu Lobo merupakan mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kupang.

Usai berdiskusi dengan Direktur Poltekkes Kemenkes, Isak menyampaikan bahwa memang betul mahasiswi korban bunuh diri di Jembatan Liliba merupakan mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kupang, namun pihak kampus belum berani untuk menyampaikan pernyataan yang detail tentang korban.

Jembatan Liliba di jalan Piet A Talo Kota Kupang tampak dari udara.
Jembatan Liliba di jalan Piet A Talo Kota Kupang tampak dari udara. (Antara)

"Betul memang mahasiswi Poltekkes Kemenkes, tetapi kami belum berani menyampaikan kronologinya seperti apa tetapi data masih dibuatkan untuk nanti kita sampaikan," ungkap Isak.

Terkait dengan berapa lama waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data yang dilakukan Kampus Poltekkes, Isak menyampaikan belum berani untuk menyampaikan.

"Itu (waktu penyampaian) yang belum berani disampaikan, karena sementara kami kumpulkan data untuk disampaikan," ujarnya.

"Karena saat ini masih dikumpulkan data, setelah itu akan diserahkan ke Pak Direktur dan Pak Direktur akan sampaikan kepada Pak Dirjen Nakes di Pusat," tambahnya.

Isak menuturkan, data-data yang akan dikumpulkan berbagai bentuk.

"Data itu seperti, dia (korban) di kampus seperti apa, apakah dia sudah ikuti ujian atau belum, SPP nya seperti apa, dia punya SKS sudah selesai atau belum. Seperti itu yang akan kita kumpulkan," sebutnya.

Menurut Isak, data-data milik korban dan kasus bunuh diri itu juga perlu disampaikan kepada Pimpinan tertinggi di Jakarta.

"Harus sampaikan ke pimpinan tertinggi kita, karena aturannya seperti itu. Kita kan Kementerian Kesehatan. Jadi semua persoalan apapun kita harus sampaikan ke pimpinan tertinggi," ungkapnya.

"Kalau sudah dil baru kita sampaikan," tutupnya. (cr20)

 

* NEWS ANALYSIS

Dosen Prodi Psikologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana, Juliana MY Benu, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Siapkan Layanan Kesehatan Mental

SAYA tidak memiliki kapasitas untuk mengomentari penyebab dari perilaku bunuh diri yang muncul khususnya pada peristiwa yang terjadi tanggal 10 Oktober 2023 di Kupang.  Namun Saya hanya akan menjelaskan terhadap perilaku bunuh diri pada umumnya sebagai bentuk tanggung jawab keilmuan dan profesi saya sebagai seorang dosen dan psikolog. 

Jembatan Liliba sering menjadi pilihan ketika orang ingin mengakhiri hidup mungkin muncul sebagai bentuk modeling. Modeling merupakan proses dimana orang mengamati dan meniru tindakan atau perilaku orang lain.

Juliana MY Benu 
Juliana MY Benu  (PK/HO)

Proses mengamati dan meniru ini tidak hanya dilakukan secara langsung namun juga dapat dipelajari melalui berita, konten sosial media, dan sumber informasi lainnya.

Pemberitaan yang massif, dan sering kali tidak memperhatikan tata cara yang benar, terkait peristiwa bunuh diri yang terjadi dapat menjadi salah satu penyebab mengapa Jembatan Liliba terus menerus menjadi tempat orang mengakhiri hidupnya. Pihak media perlu memiliki kesadaran terkait pentingnya memberitakan peristiwa bunuh diri dengan tepat.

Masyarakat juga perlu belajar untuk dapat menahan diri dalam menyebarkan potongan informasi maupun berita karena kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi mental dari orang yang menerima berita atau informasi tersebut. 
Pada umumnya, orang yang ingin melakukan bunuh diri tidak benar-benar ingin mati. Mereka hanya kehilangan alasan untuk hidup. Mereka tidak melihat adanya jalan keluar atau solusi dari masalah yang sedang dihadapi.

Bunuh diri juga tidak pernah terjadi karena satu penyebab tunggal. Hal ini yang perlu dipahami oleh masyarakat agar tidak menyederhanakan penyebab dari perilaku bunuh diri pada satu peristiwa tunggal. Pasti terdapat akumulasi dari berbagai permasalahan yang dialami oleh seseorang hingga orang tersebut melakukan bunuh diri

Sekali lagi, perilaku bunuh diri merupakan perilaku kompeks yang dipengaruhi oleh beragam faktor kerentanan pada individu.

Setiap lingkungan terdekat individu sebenarnya memiliki peran penting dalam upaya pencegahan perilaku bunuh diri. Keluarga, lingkungan pertemanan, maupun lingkungan lainnya dapat berperan dengan baik dengan membiasakan pola relasi yang positif. Relasi positif dalam lingkungan keluarga terutama dapat dibentuk dengan membangun komunikasi yang baik dalam keluarga. 

Perlu ada komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak, antara saudara, maupun dengan keluarga lainnya. Keluarga harus mampu menumbuhkan situasi yang hangat agar setiap anggota keluarga benari untuk menyampaikan masalah maupun tantangan yang sedang dihadapi. 

Tidak hanya keluarga, setiap kita dalam lingkungan sosial harusnya melakukan hal ini agar setiap orang dapat melihat bahwa selalu ada tempat untuk berbagai permasalahan yang dialami. 

Kawasan Jembatan Liliba di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kawasan Jembatan Liliba di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (POS-KUPANG.COM/ADRIANUS DINI)

Terdapat beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah munculnya peristiwa bunuh diri.  Pertama, setiap orang perlu untuk memperhatikan kondisi Kesehatan mentalnya secara rutin. Jika kita mendapati diri kita memiliki kondisi yang mudah sedih, putus asa, dan kehilangan harapan maka perlu secepatnya mencari bantuan pada keluarga, teman, atau ke tenaga professional seperti psikolog atau psikiater. 

Kedua, jika kita mengetahui teman atau kerabat yang menunjukan kesedihan mendalam, putus asa, bahkan mengungkapkan ide-ide bunuh diri maka kita perlu mendampingi mereka. Menanyakan kabar, menunjukan kepedulian, dan menjadi pendengar yang baik akan sangat membantu orang-orang yang merasa putus asa untuk dapat bangkit Kembali. 

Setiap institusi pendidikan perlu meningkatkan kepedulian dan kesadaran terhadap isu-isu Kesehatan mental yang dialami oleh peserta didiknya. Saya melihat masih sangat minim perhatian yang diberikan oleh institusi pendidikan manapun terhadap isu-isu Kesehatan mental. 

Peran pendidik perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Salah satu hal yang dapat disediakan oleh pihak kampus untuk mengantisipasi perasalahan Kesehatan mental yang dialami oleh mahasiswa adalah dengan menyediakan layanan Kesehatan mental di setiap kampus. 

Hal ini akan membantu mahasiswa yang mengalami masalah agar lebih mudah mendapatkan akses layanan Kesehatan mental. (vel)

 
 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved