Berita Lembata

Karya Lingkar Timur Documentary Juara Kontes Finalis Pendek Institut Pertanian Bogor

Lingkar Timur Documentary merupakan sebuah komunitas dan platform audio visual yang berbasis di Kabupaten Lembata, NTT.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Alfred Ike Wurin (kanan) dan Ricko Blues (penulis naskah), anggota Komunitas Lingkar Timur Documentary yang berhasil meraih juara satu kontes video pendek dokumenter yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Center for Transdisiciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) Institute Pertanian Bogor (IPB). 

Laporan Reporter POS_KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG, LEWOLEBA - Film Muro Welo Mathang karya Komunitas Lingkar Timur Documentary berhasil meraih juara satu kontes video pendek dokumenter yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Center for Transdisiciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) Institute Pertanian Bogor (IPB). 

Lingkar Timur Documentary merupakan sebuah komunitas dan platform audio visual yang berbasis di Kabupaten Lembata, NTT.

Muro Welo Mathang yang digarap Lingkar Timur Documentary ini, berhasil mengelaborasi cerita baik tradisi Muro oleh komunitas masyarakat ada di Lembata yang menjaga kelangsungan ekosistem kawasan laut Teluk Nuhanera.

Baca juga: Desa Pada Jadi Kampung Moderasi Beragama di Lembata

Founder Lingkar Timur Documentary, Alfred Ike Wurin, kepada wartawan, Jumat, 4 Agustus 2023, mengatakan, keberhasilan film ini tentu memberikan kebanggaan tersendiri bagi mereka.

Namun lebih dari itu, bagi mereka, film ini merupakan sebuah karya yang mampu menyuarakan kepada dunia bahwa budaya dan tradisi masyarakat Lamaholot yang diwariskan, memiliki peran yang sangat penting dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

“Salah satunya adalah Muro, sebuah bentuk konservasi baik laut maupun darat berbasis kearifan lokal masyarakat adat Lamaholot, khususnya di Pulau Lembata,” ujar Alfred yang juga sutradara film ini.

Baca juga: Penjabat Bupati Lembata Beri Dukungan Penuh Kepada Pengurus KONI

Lewat film ini, Alfred juga ingin memberikan pesan bahwa orang muda di Nusa Tenggara Timur juga memiliki kreativitas yang sangat tinggi dalam segala aspek, termasuk dalam menguatkan suara adaptasi terhadap perubahan iklim.

“Yang diharapkan juga dari film ini adalah kesadaran masyarakat, khususnya teman-teman muda bahwa perubahan iklim merupakan sebuah isu yang sangat mengganggu keberlangsungan kehidupan kita sekarang,” imbuhnya.

Dia juga ingin mengajak kaum muda untuk tidak memandang ritual-ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat adat hanya sebatas takhayul, tetapi bagaimana generasi milenial bisa menggali pengaruh ritual-ritual ini dalam hubungannya dengan keberlangsungan kehidupan di muka bumi. 

Baca juga: Imigrasi Maumere Sosialisasi tentang  Aplikasi Mobile Paspor di Kabupaten Lembata

“Kondisi perubahan iklim ini sebenarnya sudah dipesan atau sudah diwasiatkan oleh leluhur kita melalui ritual-ritual atau tradisi-tradisi yang sekarang masih kita jalankan,” kata Alfred menutup pembicaraannya.

Kepala CTSS IPB University, Prof Damayanti Buchori menerangkan, kontes esai dan video pendek dokumenter diselenggarakan karena munculnya keprihatinan atas arus modernisasi yang dapat menggerus kearifan lokal. Modernisasi ini juga disebut berpotensi menghilangkan kearifan lokal dari khasanah ilmu pengetahuan saat ini.

“Kegiatan ini diharapkan dapat menggali, menemukan dan mengangkat pengetahuan maupun kearifan tradisional atau lokal dari berbagai daerah di Indonesia, terutama yang terkait dengan sumber daya alam,” kata Prof Damayanti Buchori dilansir laman ctss.ipb.ac.id.

Baca juga: Perencanaan Dinilai Kurang Baik, DPRD Lembata Minta Pemkab Hentikan Sementara Dua Proyek di Lewoleba

Prof Damayanti melanjutkan, melalui kegiatan ini, diharapkan dapat ditemukan sintesa antara pengetahuan tradisional/lokal dan pemaknaannya serta relevansinya dalam menghadapi permasalahan masa kini.

Permasalahan yang dimaksud dalam lingkup lingkungan, pangan, kehutanan, kelautan, sosial, keadilan dan ekonomi. Sintesa antar sistem pengetahuan yang berbeda diharapkan dapat menjadi terobosan baru yang diperlukan dalam mencari solusi bagi permasalahan kehidupan yang semakin kompleks.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved