Pemilihan Gubernur NTT

Frans Aba : Orang Muda Harus Tampil, NTT Harus Berubah dan Lebih Maju

Anak muda Nusa Tenggara Timur harus lebih percaya diri bahkan harus berani tampil dalam dunia politik. Lebih dari itu, anak muda NTT harus siap mewaka

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
Ist
CALON GUBERNUR -- Frans Aba , calon siap bertarung dalam Pemilihan Gubernur NTT 

Siap Jadi Gubernur NTT Perideo 2024-2029

POS KUPANG.COM -- Anak muda Nusa Tenggara Timur harus lebih percaya diri bahkan harus berani tampil dalam dunia politik. Lebih dari itu, anak muda NTT harus siap mewakafkan diri untuk membangun  Nusa Tenggara Timur .

Potensi anak muda NTT saat mencapai sekitar 1.439.967. Usia tersebut berdasarkan data BPS tahun 2022 yaitu usia antara 20 hingga 49 tahun.  Ini merupakan umur ideal untuk berbagai aktivitas. Sementara usia 20 hingga 59 tahun mencapai 2.870.075 juta orang

Dengan potensi itu maka sudah pantas maka anak muda NTT harus berani tampil dalam berbagai lini politik

Frans Aba pun menyatakan kesiapannya untuk memimpin Provinsi NTT. Baginya anak muda harus berani menyerahkan diri untuk mengabdi bagi bumi Flobamora. "Kita harus berani tampil, politik itu bukan barang haram untuk kita memulainya dan bukan barang mewah hanya untuk orang-orang tertentu saja. Kesempatan berpolitik ini milik kita bersama," kata Frans Aba

Baca juga: Frans Aba : Atasi Masalah Pengangguran Untuk Percepat Pembangunan Ekonomi Flobamora

Frans Aba yang menyelesaikan pendidikan sarjana ekonomi di Universitas Katolik Widya Mandiri itu mengatakan, keinginannya untuk menjadi Gubernur NTT dilatarbelakangi dengan sikap para pemimpin NTT selama ini yang terlihat belum benar-benar berpihak pada rakyat.  Ada pemimpin yang menyebut membangun demi kepentingan rakyat tetapi mengorbankan rakyat.

"Kita sudah gerah dengan sikap-sikap yang menyebut diri untuk membangun demi rakyat tetapi rakyat menangis. Mari kita kembalikan NTT ke rakyat NTT, mari kita bangun bersama tanpa harus ada yang merasa dirugikan," kata Frans Aba

Frans Aba yang menyelesaikan studi Magister Ekonomi dan pada tahun 2006 meraih gelar Master of Economic (M.Ec) di Nasional University of  Malaysia itu mengatakan, rakyat NTT sudah bosan dan lelah dengan kemiskinan yang tak kunjung teratasi.  Dan, sudah saatnya kaum yang masih muda ini diberi kesempatan dan tanggung jawab memimpin untuk membangun NTT.

Baca juga: Frans Aba Siap Jadi Gubernur NTT, Sebut Butuh Kesungguhan Membangun Flobamora

"Saya sangat yakin, kita bisa keluar dari sebutan daerah termiskin nomor 3 di Indonesia, kuncinya hanya satu yaitu pemerintah benar-benar tulus untuk membangun. Caranya mulai berpihak pada rakyat," jelasnya

Selain itu pemerintah juga harus bisa mencium keringat rakyat. Dengan cara itu, pemerintah bisa merasakan penderitaan dan rintihan rakyat. "Datangk ke rakyat dengan lembut tanya apa mereka butuh, bukan arogan memperkenalkan diri kita pemerintah. Kalau rakyat percaya, maka semua keluhannya akan disampaikan. Dan, kita menjawab keluhan itu. Itu baru pemerintah yang baik," jelasnya

Baca juga: Dikabarkan Hilang, Resmob Polda NTT Berhasil Amankan 4 Remaja Putri Asal Alor 

Menurut Frans Aba pembangunan ekonomi tidak samata-mata meningkatkan pendapatan. Tetapi juga meningkatkan pemerataan dalam sektor ekonomi. Sehingga di NTT tidak ada kesenjangan yang lebar antara yang kaya dan miskin.

"Di NTT banyak orang kaya, tetapi wilayah ini juga terdapat sangat banyak orang miskin. Artinya kesenjangan ini terlalu besar. Mari kita membangun NTT tanpa meninggalkan yang miskin tetap miskin.  Pemerintah pusat sedang berupaya mendorong NTT agar tidak tertinggal dengan provinsi lain di Indonesia,  sehingga kita juga jangan membiarkan orang miskin tertinggal dalam bidang ekonomi. Ini kerja besar dan berat, tapi kalau kita serius dan fokus, saya yakin kita bisa," jelasnya

Mengenai kemiskinan, menurut Frans Aba, BPS menggunakan pendekatan yaitu kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Bila ingin keluar dari kemiskinan, maka ini yang menjadi fokus penyelesaian dan tetap memperhatikan kebutuhan lain.

Baca juga: Dikabarkan Hilang, Resmob Polda NTT Berhasil Amankan 4 Remaja Putri Asal Alor 

Ia menjelaskan standarkemiskinan sudah ada,  seperti  Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang, jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

Selain itut tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.

Baca juga: Dr. Frans Aba, SE, M.Ec, Ph.D Siap Jadi Gubernur NTT :Bangun NTT Melibatkan Semua Komponen Potensial

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved