KKB Papua
Prajurit TNI Korban KKB Papua, Panglima Yudo Margono: 1 Gugur, 4 Personel Masih Hilang
Yudo Margono menyebut satu prajurit TNI gugur adalah Pratu Miftahul Arifin, sementara empat personel lainnya mengalami luka-luka.
"Empat personel tersebut saat ini sedang dilakukan evakuasi," kata Yudo, Selasa 18 April 2023.
Sedangkan empat prajurit lainnya, lanjut dia,hingga kini belum diketahui keberadaannya. "Sampai saat ini kami masih mencari empat personel tersebut," ujarnya.
Yudo Margono juga menyebutkan bahwa proses evakuasi terhadap jenazah Pratu Miftahul Arifin hingga saat ini masih diupayakan.
"Karena cuaca, proses evakuasinya terhambat. Tapi sekarang sedang diupayakan," tukasnya.
Disinggung mengenai upaya penyelamatan pilot Susi Air yang hingga kini masih ditawan, Yudo Margono mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pencarian.
Baca juga: Kepala Staf Umum TNI: 5 Prajurit Belum Kembali Pasca Kontak Tembak dengan KKB Papua
"Tapi dengan situasi saat ini, apalagi untuk daerah tertentu, kami juga sudah ubah strateginya menjadi operasi siaga tempur. Jadi operasi ini statusnya sudah ditingkatkan," kata Yudo.
Sebelumnya, Kepala Staf Umum TNI, Letjen Bambang Ismawan, mengungkap jenazah Pratu Miftahul Arifin masih belum bisa dievakuasi.
Adapun helikopter belum bisa merapat ke lokasi penyerangan KKB Papua.
Diketahui, Pratu Miftahul Arifin ditembak KKB Papua setelah mencoba mencari keberadaan pilot Susi Air, Philips Mark Methrtens di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, Sabtu 15 April 2023.
Menurut Bambang, jenazah Pratu Miftahul Arifin belum bisa dievakuasi karena terkendala cuaca ekstrem.
Dia pun mengungkap kondisi cuaca di sekitar lokasi penyerangan KKB Papua tersebut.
"Sampai tadi siang belum bisa diambil karena memang pertama disana cuacanya tidak menentu kadang-kadang satu hari hanya dua jam cerah abis itu tertutup kabut," ujar Bambang saat ditemui di Kawasan Monas, Jakarta, Senin 17 April 2023.
Bambang menjelaskan, evakuasi memakai helikopter juga masih belum bisa dilaksanakan. Sebab tak hanya cuaca buruk, kondisi medan di tempat jenazah Pratu Miftahul Arifin bukan medan yang datar.
"Jadi untuk pengambilan jenazah helikopter kan kita tidak bisa langsung merapat. Karena memang di samping cuaca kan medannya bukan medan datar. Ya itu memang kendala utama," tukasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.