Opini
Opini Ansel Deri: Vivick dan Polisi Berparas Humanis
AKBP Dr Josephien Vivick Tjangkung, S.Sos, MI.Kom sebagai Kapolres Lembata, Kepolisian Daerah (Polda) Nusa Tenggara Timur (NTT)
POS-KUPANG.COM - Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, SIK, M.Si mendapuk AKBP Dr Josephien Vivick Tjangkung, S.Sos, MI.Kom sebagai Kapolres Lembata, Kepolisian Daerah (Polda) Nusa Tenggara Timur (NTT).
Penunjukan Vivick menjadi Kapolres Lembata menggantikan AKBP Dwi Handono Prasanto berdasarkan Telegram Kapolri Listyo Nomor ST/715/III/KEP/2023 Rabu (27/3) terkait mutasi jabatan tujuh pimpinan Polres di lingkup Polda NTT.
Kapolres perempuan pertama di jajaran Polda Nusa Tenggara Timur itu sebelumnya menjabat Kepala Bagian Pembinaan dan Operasional Direktorat Pembinaan Masyarakat Polda Metro Jaya.
Jejak karier Vivick di Korps Bhayangkara itu terbilang cemerlang meski bergerak dalam senyap. Tak berlebihan, ia mendapat promosi menggantikan Prasanto yang dipromosi menjadi Wakapolresta Bandung, bumi Parahyangan.
Nama Vivick Tjangkung pernah lengket sebagai pesinetron setelah sukses membintangi film Oo Jekri, Suami, Istri & Dia, dan Shakila lalu meroketkan nama polisi berdarah Manggarai dan Lembata, ini.
Kala kasus narkoba yang membelit artis beken Zarima Mirafsur beberapa tahun silam, Vivick adalah salah satu nama polisi hebat yang mendulang sukses setelah ikut menangkap Zarima, artis dengan julukan Ratu Ekstasi.
Baca juga: Opini Frans X Skera: Catatan Kritis Batalnya Piala Dunia U-20
Tetapi, perintah Kapolri Listyo segera membawa langkah Vivick dari Markas Polda Metro Jaya di bilangan Gatot Subroto, Jakarta menuju Lembata, tanah leluhur sang kakek guru Yohanes Asa Lelaona pendiri SMP Aksi Putra-Puteri Ikan Sembur (APPIS) Lamalera, kampung nelayan di bibir Laut Sawu, selatan Lembata. Guru Asa meninggalkan levo (kampung) Lamalera lalu merantau ke Makassar dan Ende sebagai guru.
Penugasan Vivick ke levo Lepanbatan (Lembata) oleh Kapolri dari Mabes Polri di kawasan Trunojoyo seolah mengamini frasa kata bahasa Lamaholot, lefo mayan, tanah tapin balik (kampung menyapa, tanah leluhur memanggil kembali). Vivick, putri pasutri guru: Aloysius Tjangkung dan Dintje Lelaona, akan mewujudkan harapan ribu ratu (rakyat) Lembata.
Sejarah tentu mencatat baik, Vivick adalah perwira polisi perempuan pertama yang menjabat Kapolres di wilayah Polda NTT. Ada asa ribu ratu menjulang di tangan Vivick Tjangkung beserta jajarannya di wilayah hukum Polres Lembata, nusa paus.
Salah satunya, menjadikan polisi berparas humanis agar Korps Bhayangkara itu makin lengket di hati dalam tugas melayani masyarakat. Mengapa demikian?
Humanis
Apa makna term humanis dan mengapa hal tersebut menjadi penting bagi Vivick Tjangkung dan jajarannya dalam menunaikan tugas-tugas di wilayah hukum Polres Lembata? Humanis sepintas, lengket dengan keramahan.
Keramahan Kapolres Vivick Tjangkung dan jajarannya dalam mengemban tugas di tanah Lepanbatan. Mulai dari Kecamatan Ile Ape, Ile Ape Timur, Nubatukan, Nagawutun, Atadei, Lebatukan, Buyasuri, dan Omesuri (Ina Lebo). Paras polisi humanis dalam tugas Polri secara holistik merupakan keutamaan didasari sejumlah alasan.
Pertama, ihwal polisi humanis jauh-jauh dari sudah diingatkan Kapolri Listyo ihwal wajah polisi yang humanis.
Hal itu bisa saja bertolak dari pengalaman ada anggota polisi masih menampakkan watak atau paras militeristik serta bertindak arogan dalam menjalankan fungsinya jauh dari fungsi ideal kepolisian.
Baca juga: Opini Albertus Muda, S.Ag: Pendidikan Kritis dan Pemetaan Kecerdasan
Fungsi ideal dimaksud yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat.
Selain itu, Polri juga dituntut bersikap tegas dan berwibawa selama menunaikan tugasnya.
Kedua, Kapolres Vivick dan jajarannya diharapkan juga terus menampakkan wajah Polri berparas humanis di tengah masyarakat ala Kapolri Sigit Prabowo. Mulai dari Tanjung Naga di selatan hingga Tanjung Leur di ujung timur Lembata, nusa nan eksotik yang terkenal dengan leva, perburuan paus secara tradisional di Lamalera.
Hal tersebut perlu dalam upaya mewujudkan transformasi menuju Polri yang Presisi yang prediktif, responsibel, dan transparansi serta berkeadilan melalui berbagai program prioritas.
Sekaligus sejalan dengan program Kapolri menata kelembagaan, perubahan sistem dan metode organisasi menjadi SDM Polri yang unggul di era police 4.0, perubahan teknologi kepolisian modern, peningkatan kinerja pemelihara kamtibmas, peningkatan kinerja penegakan hukum, pemantapan dukungan penanganan Covid-19, dan pemulihan ekonomi nasional.
Ketiga, tugas Vivick bersama jajarannya juga tak sekadar membawa wajah polisi di levo Lembata yang berparas humanis.
Ada tugas penting lain menghadang. Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang sudah menjadi persoalan serius setiap berganti Kapolres. Pun penanganan kasus-kasus seperti korupsi, kematian tak wajar, human trafficing, peredaran narkoba, kekerasan terhadap perempuan atau anak di bawah umur, dan lain-lain.
Baca juga: Opini Don Kabelen: Hosana, Salibkanlah Dia!
Dalam Tinjauan Kritis Reformasi Kultural Polri 1999-1912 (2015) Sarah Nuraini Siregar, dkk menyebut, kurun waktu 14 tahun terakhir (kurun waktu penelitian), Polri telah berusaha memenuhi tuntutan gerakan reformasi meski belum berhasil seluruhnya.
Khusus reformasi kultural, menurut klaim Polri, sudah ada upaya Polri seperti perubahan doktrin, perumusan pedoman tata perilaku anggota Polri, dan sebagainya. Siregar, dkk menyebut, dalam perkembangan, aspek kultural sebagai muara reformasi, Polri tampak belum berhasil menjadi ‘polisi sipil’ yang berwajah humanis serta demokratis.
Padahal peran Polri sebagai penegak hukum dan fungsinya yang beririsan dengan masyarakat melekat satu dengan yang lainnya. Vivick diharapkan memainkan peran maksimal di Lembata sebagai medan penugasan baru.
Vivick dan jajarannya mesti memainkan peran dan fungsi polisi pelindung, pengayom, pelayan, dan penegakan hukum di tengah masyarakat. Peran Vivick mesti menukik lebih dalam, menyentuh hati masyarakat Lembata. Bahwa tugas menjaga kamtibmas agar selalu kondusif bukan sekadar tanggungjawab polisi.
Tugas itu mesti bergerak dalam satu irama dan niat baik ribu ratu dan semua stakeholder menuju polisi berparas humanis. Kalau itu jadi niat polisi, —meminjam frasa bahasa Manggarai— gereng apa kole? Tunggu apa lagi? Selamat datang Kapolres Lembata, Ibu Vivick Tjangkung. Terima kasih atas pengabdianmu selama ini di Polres Lembata, Pak Dwi Handono! (Penulis adalah mantan Staf Anggota DPR Irjen Pol (Purn) Jacki Uly)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.