Opini
Opini Wilfrid Babun SVD: Perda Literasi Satu Apresiasi
DPRD dan Pemprov NTT NTT menciptakan sejarah baru, yaitu menyetujui penetapan Ranperda Pengembangan Budaya Literasi menjadi Perda
POS-KUPANG.COM - Senin 15 Februari 2021, DPRD Provinsi NTT bersama Pemerintah Provinsi NTT menciptakan sejarah baru bagi NTT, yaitu menyetujui penetapan Rancangan Peraturan Daerah ( Ranperda ) Pengembangan Budaya Literasi menjadi Peraturan Daerah ( Perda)..( PK. Selasa 23/02, hlm.4).
Sebagai pegiat literasi dari Taman Baca Kompak Le Nuk Manggarai Barat Flores, saya sungguh gembira. Ini bukan saja news tetapi good news! Kabar gembira juga bagi masyarakat NTT.
Opini itu pun saya foto dan share ke group pegiat literasi. Ada Forum Taman Baca Masyarakat NTT/FTBM NTT, Pustaka Bergerak NTT juga Pustaka Bergerak Indonesia.
Ada yang meresponsnya dengan isyarat “jempol”. Yang lain menulis pendek: Mantap! Pak Emanuel Kolfidus: terimakasih banyak.
Di bawah nama Emanuel Kolfidus ada keterangan kecil. Huruf kecil. Tapi penting: Anggota DPRD Provinsi NTT. Tahulah saya penulis opini: Menyambut Perda Literasi di NTT.
Beliau seorang wakil rakyat. Ini juga patut diapresiasi. Posisi beliau sekarang itu penting dan substansi tulisannya penting.
Baca juga: Opini Destan S Beis: Perlu Tindak Lanjut Iklim Ekstrem dan Bencana di Tahun 2022
Saya pikir inilah salah satu formulasi refleksinya di rumah rakyat dan untuk rakyat NTT. Kita simak :’Perda ini memang tidak sangat berdampak pada peningkatan Pendapat Asli Daerah (PAD), karena tidak berorientasi ekonomis, tetapi pada pelayanan (service), untuk pemenuhan hak-hak publik”.
Dan hak itu ada kaitannya dengan nilai (value). Saya bernilai bukan saja karena isi perut, tetapi terlebih isi otak. Karena nilai dan bernilai, orang pun memperjuangkannya. Dan kita juga sadar, hak itu ada relasinya dengan kebutuhan ( felt- need). Manusia hidup bukan saja dari makan (an), tetapi juga dari kata. Kita butuh literasi untuk komunikasi.
“Kita tidak dapat bayangkan bagaimana satu generasi tercukupi secara ekonomis, namun gagal dalam membangun kualitas SDM?” Komunikasi yang berkualitas justru lahir dari manusia yang berkualitas. Dan kualitas itu nilai. Manusia yang bernilai atau kualitas manusia tidak jatuh dari langit.
Tetapi generasi yang berkualitas dan bernilai kompetitif harus dilahirkan dan diciptakan terus menerus. Budaya literasi merupakan pintu masuk: ‘mencerdaskan bangsa, menciptakan kualitas kehidupan’.
Cara kita berada ditentukan oleh cara kita berpikir: cogito ergo sum! Itu satu proses panjang kepada kesejatian; ke kemanusiaan.
Baca juga: Opini Emanuel Kolfidus: Menyongsong Bonus Demografi
Opini pak Emanuel Kolfidus, juga menepis imij bahwa DPR (D) itu komunitas para dewa. Dan dewa itu ada dan hanya ada di langit. Di alam nyata, tidak. Mereka hanya menonton dari kejauhan. Mungkin seperti deus otiosus.
Plesetan tidak sedap lain kita dengar: datang, duduk, dengar, diam, duit. Tidak cukup 5 D, ada yang masih tambah 6 D. Yang terakhir ialah d-dengkur/ tidur.
Bukan merem. Di Tv, pernah kita lihat. Memang dunia sudah menjadi sangat sempit. Bisa ditaruh di dalam saku. Saya di mana, kau di sana, kita mudah tau. Dibaca, gampang. Itulah global village.
Pak Emanuel Kolfidus memposisikan profil DPR sebenarnya. Bahwa DPR selalu peduli rakyat. Reses; satu turba politik bertujuan untuk mengendus realitas sosial yang nyata. Aspirasi apa yang yang paling dibutuhkan, itulah yang disuarakannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.