Opini
Opini Wilfrid Babun SVD: Perda Literasi Satu Apresiasi
DPRD dan Pemprov NTT NTT menciptakan sejarah baru, yaitu menyetujui penetapan Ranperda Pengembangan Budaya Literasi menjadi Perda
Juga momentum refleksif. Aturan yang dirumuskan mestinya merupakan dialektika pergumulan riil dan kontemplasi . Itulah juga yang menjadi substansi, konten dari Perda Pengembangan Budaya Literasi ini. Bagaimana membangun NTT yang berkarakter di berbagai lapisan sosial sebagai masyarakat- literat.
Baca juga: Opini Bernadus Badj: Konsep Pembangun dalam Perspektif Peter L Berger
Nalarnya juga harus selalu diasah dengan literasi yang bermutu. Saya kira, itulah juga deru gelora kerinduan, mimpi besar dari gerakan para pegiat literasi; mereka yang bergerak dalam ‘ revo-(lusi) literasi sunyi’. Seorang teman pegiat literasi menulis ini: Biar saya saja yang bodoh, adik-adik saya jangan!
Demikian, Agus Mandowen dari Noken Pustaka Papua. Dan pegiat literasi nasional yang tergabung dalam PBI: Pustaka Bergerak Indonesia dalam WA group memberi stressing: ‘itu kalimat Agus yang otentik dan terbit dari pengalamannya sendiri’.
Kerja literasi memang merupakan revolusi budaya. Karenanya bukan gerakan sehari saja. Bukan juga gerakan solo!..Satu pencerahan kemanusiaan (enlightenment)! Apresiasi yang mendalam kepada para anggota dewan dan pemerintah Provinsi NTT. Salute!
Filsuf Yunani Diagne le Cynique menyalakan obor di siang hari, seraya berjalan di tengah kerumunan manusia.
Ketika ada yang bertanya, sang filsuf menjawab “uffatisu an insanin”: Aku sedang mencari manusia! (Penulis Pendiri dan pegiat literasi TBM Kompak Le Nuk, Kampung Dadar Manggarai Barat)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.