Bupati-Wakil Bupati Malaka: Tak Berpikir Pecah Kongsi (Selesai)
SELAIN audit anggaran, bupati dan wakil bupati Kabupaten Malaka, Dr Simon Nahak, SH, MH-Louise Lucky Taolin, S.Sos melakukan gebrakan
POS-KUPANG.COM - SELAIN melakukan audit anggaran, bupati dan wakil bupati Kabupaten Malaka, Dr Simon Nahak, SH, MH-Louise Lucky Taolin, S.Sos melakukan gebrakan membangun alun-alun dan penataan Kota Betun serta membangun pusat perkantoran di kawasan Labarai.
Bagaimana implementasinya? Seperti apa komitmen keduanya agar tidak pecah kongsi? Wartawan Pos Kupang Alfons Nedabang mewawancarai Simon Nahak-Lucky Taolin di Lobi Hotel Sotis Kupang, beberapa saat setelah dilantik. Berikut petikannya:
Apa program spesifik yang mau dieksekusi?
Ya, saya dengan pak Wakil Bupati, bahkan pada waktu debat pun kita sudah bilang. Malaka belum punya alun-alun. Berikut, kami di Kota Betun kalau hujan lebat musti banjir. Ini aneh. Kita juga mau buat trotoar dan saluran. Itu minimal kita lakukan. Kita juga rencana mau membangun pusat pemerintahan Kabupaten Malaka, kawasan ini tahun pertama kita sudah minta Kadis PU untuk buka akses dua jalur ke kawasan itu terutama dan juga perlu. Lokasinya di Betun. Namanya Labarai, lokasinya strategis.
Sudah ada estimasi kebutuhan anggaran?
Soal anggaran tentu tidak bisa berasumsi. Prioritas program itu yang harus kita lakukan.
Tahun anggaran 2021 sudah berjalan, APBD Malaka sudah ditetapkan. Bagaimana menyiasati supaya visi misi dan program bisa diakomodir?
Ada anggaran yang kita bisa jangkau. Kalau untuk program high cost dan yang besar tetap ada peluang. Saya dan Pak Wakil Bupati sudah ikut musrembang, sampai du provinsi mereka mengakomodir harapan itu.
Baca juga: Mencermati Soal Permudah Investasi
Baca juga: Ruas Jalan Ruteng-Golo Cala Rusak
Masih memungkinkan, karena Bank NTT juga bisa beri pinjaman lunak. Kenapa kita tidak gunakan itu, komunikasi dengan semua pihak untuk bantu. Kalau minta jaminan, ya jaminan kantor. Saya tidak mungkin bawa pikul itu kantor setelah selesai. Pinjaman daerah boleh, dana hibah dari pusat juga bisa, yang penting membuka diri untuk membangun.
Untuk mewujudkannya butuh dukungan semua elemen. Bagaimana dengan masyarakat, tokoh atau elit politik yang masih berbeda sikap?
Saya kira selama ini, saya lihat dan bangun komunikasi ya tidak ada perbedaan. Sebab kami di Malaka kuncinya saling menghormati dan menghargai.
Kami juga bukan menang dengan keangkuhan dengan kesombongan, tapi kita dengan rendah hati kalau kita ada pendekatan secara adat saya yakin mereka tidak mungkin tidak terima.
Baca juga: Renungan Harian Katolik, Jumat 30 April 2021: KITA DAN KEGELISAHAN
Baca juga: Ketua DPRD Kabupaten Rote Ndao Nilai Biaya Rapid Test Membebani Masyarakat
Kalau orang Malaka itu kalau marah model apapun kalau orang datang ke rumah bicara dan menghormati tidak mungkin diabaikan.
Apakah perbedaan politik itu masih terus terbawa?
Saya menghargai perbedaan. Perbedaan itu indah. Ibarat bunga di dada kalau putih saja maka bosan, tapi kalau ada merah dan putih itu indah. Kita tetap menghargai perbedaan, apalagi soal sikap politik.