China Makin Berbahaya dengan Main Paksa Hingga BisaPicu Perang Hebat di Laut China Selatan
Penolakan itu tak dianggap oleh China bahkan terus menambah kekuatan dan kemampuan militernya di kawsan yang dianggap paling panas di dunia itu
POS KUPANG.COM -- Seluruh dunia sudah menyatakan menolak klaim China atas 90 persen perairan Laut China Selatan .
Penolakan itu tak dianggap oleh China bahkan terus menambah kekuatan dan kemampuan militernya di kawsan yang dianggap paling panas di dunia itu
Seorang analis terkemuka Asia mengatakan, Beijing menggunakan kebijakan paksaan dan tekanan yang "berbahaya" untuk menegaskan kontrolnya atas Laut China Selatan
Kondisi ini dikhawatirkan akan membuat situasi di wilayah tersebut semakin memanas.
Melansir Express.co.id, China telah lama mengklaim kedaulatan atas perairan yang disengketakan, dengan mengatakan bahwa seluruh jalur air hingga pantai Filipina , Malaysia , dan Taiwan adalah miliknya.
Baca juga: Hubungan Amerika-China Memanas,Setiap Tahun AS Kirim 2.000 Pesawat Pengintai ke Laut China Selatan
Baca juga: Ancaman Perang Laut China Selatan Meningkat, Indonesia HarusTerlibat Demi Tiap Jengkal NKRI
Baca juga: Takut Kalah Perang di Laut China Selatan, AS Minta Bantuan Indonesia,RI Diminta Gelar Latihan Besar
Klaim Beijing didasarkan pada garis sembilan-putus berbentuk U yang terukir di peta pada tahun 1940-an oleh seorang ahli geografi Tiongkok. Pada 2016, pengadilan arbitrase internasional menolak klaim teritorial China.
Terlepas dari keputusan itu, China dalam beberapa tahun terakhir telah membangun pulau-pulau buatan di perairan yang diklaim oleh Vietnam, Filipina, dan Malaysia serta mengirimkan unit militer ke wilayah tersebut.
Saat ini, Beijing menerapkan taktik lain untuk memperkuat kehadirannya di wilayah tersebut dan menegaskan kontrolnya.
Pemerintah China selama beberapa minggu terakhir telah mengirim ratusan kapal penangkap ikan untuk menekan tetangganya.
"Beijing dengan jelas berpikir bahwa jika mereka menggunakan cukup paksaan dan tekanan dalam jangka waktu yang cukup lama, hal itu akan menekan negara-negara Asia Tenggara. Ini berbahaya," jelas Greg Poling, Direktur Asia Maritime Transparency Initiative , mengatakan kepada New York Times seperti yang dikutip Express.co.uk.
Pada akhir Maret, 245 kapal Tiongkok serta empat kapal perang terlihat di perairan dekat Spratly, sebuah kepulauan dengan lebih dari 100 pulau yang terletak di antara Filipina dan Vietnam.
Analis dari Satuan Tugas Nasional untuk Laut Filipina Barat membantah pernyataan Beijing bahwa kapal itu merupakan milik nelayan yang ingin meningkatkan hasil tangkapan mereka.
Mereka mengatakan bahwa kapal-kapal itu adalah bagian dari milisi maritim China, kekuatan sipil yang seolah-olah dikerahkan oleh Beijing untuk mengimplementasikan tujuan strategisnya di Laut China Selatan.
Meskipun diyakini tidak bersenjata, kapal-kapal tersebut sebagian besar diawaki oleh pasukan cadangan yang beroperasi di bawah perintah Penjaga Pantai dan Tentara Pembebasan Rakyat.
Kehadiran mereka dikhawatirkan untuk mengintimidasi nelayan lokal dan mengusir mereka dari daerah tersebut.