Berita NTT Terkini

Poktan Tunas Kedalak Galakan Kelornisasi,  Pemdes Haliklaran Acuh tak Acuh

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub Josef Nae Soi sangat getol mendorong warga untuk mengembangkan program kelornisasi

Penulis: Edy Hayong | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/EDI HAYONG
Ketua Poktan Tunas Kedalak, Yulius Bria didampingi anggotanya berfoto bersama di rumah produksi kelor di RT 003/RW 002, Dusun Akabalaran, Desa Haliklaran, Kecamatan Weliman, Malaka, Sabtu (13/3/2021). 

POS-KUPANG.COM | BETUN--Pemerintah NTT dibawa kepemimpinan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub Josef Nae Soi sangat getol mendorong warga untuk mengembangkan program kelornisasi.

Terhadap ide besar gubernur ini, Kelompok Tani (Poktan) Tunas Kedalak, di RT 003/RW 002, Dusun Akabalaran, Desa Haliklaran,  Kecamatan Weliman, Malaka sangat luar biasa mengembangkannya di atas lahan seluas 4 hektar.

Namun, kemauan baik dan semangat yang ditunjukkan Poktan ini justru terkesan oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Haliklaran sangat acuh tak acuh. Walaupun dengan modal patungan anggota sebanyak 50 Kepala Keluarga (KK), saat ini poktan sudah memproduksi hasil berupa kemasan teh kelor.

Baca juga: Hasilkan Rp 71.957 Triliun per Tahun, Terungkap Alasan Tiongkok Klaim Wilayah Laut China Selatan

Ketua Poktan Tunas Kedalak, Yulius Bria didampingi anggotanya kepada Pos-Kupang, Sabtu (13/3) menuturkan awal mula poktan ini mengembangkan program kelornisasi.

Yulius mengatakan, dirinya terinspirasi dengan ide yang disampaikan Gubernur Viktor soal pengembangan kelor. Kelor memiliki banyak manfaat jika dikelola secara baik dan benar.

Baca juga: Stasiun TV Swasta TayangSiaran Langsung Lamaran hingga Nikahan Atta Halilintar & Aurel Dipanggil KPI

Untuk itu, katanya, bermodalkan lahan miliknya seluas 4 hektar, pada tanggal 6 Maret 2019 dia mengajak beberapa kenalannya membentuk kelompok.

"Kami awal pembentukan anggota 25 orang. Kami mulai semaikan bibit marungga dan mahoni di lahan 4 hektar. Kami tanam 20.000  anakan dimana  17.000 bibit marungga dan 3.000 anakan mahoni. Bibit kami ambil dari Kementrian Kehutanan Provinsi NTT. Waktu itu dikasih  biji marungga 4 kilogram untuk kami semaikan  ditambah dari Dinas Pertanian Kabupaten Malaka  1 kilogram," tutur Yulius.

Didampingi Sekretaris Poktan, Yohanes Luan, Bendahara Melci V Mnano, dan anggota Yuliana Rafu, Dirinya menyampaikan bahwa persemaian bibit dilakukan pada Mei 2019 dan menanam anakan pada Desember 2019.

"Kami merawat dengan sangat telaten dan mengikuti petunjuk pola tanam  2 x 2,5 meter. Saat ini sudah kami mulai panen hasil dan mulai produksi walaupun dengan fasilitas sederhana.  Dari 25 anggota kini sudah berkembang menjadi 50 anggota," katanya.

Tentang fasilitas produksi, Yulius mengatakan, pihaknya mengajukan proposal ke Provinsi dan mendapat mesin pengering 2 unit, mesin pembubuk 1 unit dan mesin pengemasan 1 unit pada Desember 2020.

"Baru awal Januari 2021 kami mulai petik hasil untuk proses. Kami sudah produksi pembuatan kemasan teh kelor. Sebelumnya memang kami sudah dapat
pelatihan di Tilong, Kabupaten Kupang soal teknik produksi kelor sampai pada pengemasan," ujar Yulius.

Tentang dukungan Pemdes Haliklaran atas semangat poktan ini dalam mendukung program Gubernur NTT, Yulius menegaskan, sama sekali tidak ada. Walaupun di desa ada BumDes namun oleh pemdes seperti acuh tak acuh dengan usaha ekonomi produktif ini.

"Kami bergerak sendiri. Walaupun dengan kekurangan karena ekonomi keluarga terdampak dari covid-19 tapi kami tetap semangat. Memang kami dengar bahwa Dana Desa bisa juga untuk pemberdayaan ekonomi kelompok di desa yang usahanya berjalan. Tapi di desa ini kami tidak pernah dapatkan bantuan pemberdayaan ekonomi kelompok," tegas Yulius diamini Melci dan kawan-kawan.

Yulius mengakui usaha produksi ini baru berjalan dua  bulan dan masih banyak kendala. Dia menyebut
peralatan potong rumput di lahan penanaman karena tidak bisa menggunakan pestisida.

Saat ini mereka hanya mengandalkan parang untuk membersihkan rumput.  Selain itu tempat produksi juga masih menggunakan rumahnya dan belum memiliki lokasi sendiri termasuk pasokan listrik untuk pengeringan masih terbatas.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved