Opini Pos Kupang
Mendambakan Pemimpin yang Mengutamakan NTT
Perayaan HUT ke-62 NTT, mengingatkan kita bahwa NTT yang kita lihat, alami dan rasakan sekarang lahir dari perjuangan para tokoh politik
Pengembangan kelor dan prospek bisnisnya memang menguntungkan, tetapi rakyat butuh informasi yang tepat tentang protap penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pemasaran dan pengolahannya.
Adanya demplot-demplot bisa membantu petani. Upaya peningkatan produksi jagung sudah dimulai walaupun hasilnya belum memuaskan karena berbagai hambatan antara lain, adopsi TJPS yang bermasalah dan penanaman pada musim panas.
Peningkatan produksi jagung hanya bisa terwujud apabila terjadi pada musim tanam November/Desember, dan untuk meningkatkan pendapatan petani jagung, Program Gerakan Masyarakat Agribisnis Jagung (GEMA AGUNG) bisa menjawabnya karena ada kepastian keberhasilan.
Apalagi ada dukungan kuat dari BPTP lembaga professional. Memang upaya merubah petani subsisten menjadi petani komersial butuh upaya terencana, sistematis dan kontinyu.
Posisi sentral gubernur sebagai wakil pemerintah dengan peran sebagai koordinator dan pengawas pembangunan bisa menggerakkan para bupati/walikota untuk kembali mengutamakan nelayan, petani dan peternak.
Bantuan daerah bawahan memadai, alsintan, tenaga ahli pertanian dan pengawasan berkala dari provinsi bisa memotivasi para bupati untuk mengutamakan pertanian dalam arti luas.
Sudah sekian lama petani tanaman perdagangan seakan terlupakan, padahal komoditi yang mereka tanam bernilai tinggi dan sangat berperan dalam meningkatkan pendapatan petani. Contoh : Kopi Flores yang permintaannya tinggi tetapi kemampuan suplai terbatas karena produksi kecil.
Sungguh satu potensi besar, sayang jikalau tidak dikembangkan, karena ini merupakan peninggalan/warisan Ben Mboi dan Fernandez.
Kalau Victor-Jos bertekad mengurangi kemiskinan NTT, maka sangat diharapkan agar mendorong dan menggerakkan para Bupati untuk meremajakan dan menanam lagi tanaman perdagangan seperti Kopi, Coklat, Cengkeh, Jambu Mete, Kelapa, Jeruk, bawang putih, ketumbar/kwenter dan Vanili (green gold).
Rakyat TTS dan TTU, terutama Molo dan Eban bermimpi Gubernur bisa menggerakkan Bupati TTS dan TTU untuk menanam Jeruk Mandarin dan Apel sesuai protap.
Kalau saja setiap tahun, tiap kabupaten menanam 10.000 anakan jeruk, maka setelah 5 tahun ada sekitar 100.000 pohon jeruk di dua kabupaten tersebut. Kalau tiap petani memiliki 100 pohon dengan produksi tiap pohon +10 kg, dan harga per kg Rp.40.000, maka setiap petani akan mendapat Rp. 4.000.000 pertahun.
Belum lagi jika mereka menanam bawang putih dan ketumbar yang harganya bagus di pasaran. Adanya hamparan tanaman jeruk, bawang putih dan ketumbar dilereng gunung Mutis akan berfungi pula sebagai Agro Wisata menarik mendukung wisata alam Gunung Mutis yang sudah dikenal.
Ini mimpi rakyat, yang hanya bisa jadi kenyataan kalau pemimpinnya berbuat.
Jadi dihari HUT ke-62 NTT kalau rakyat mendambakan pemimpin yang mengutamakan NTT (Nelayan,Tani,Ternak), sangatlah beralasan, karena hanya pemimpin pro-NTT yang dapat meningkatkan pendapatan mereka dan mengurangi angka kemiskinan.
Mengutamakan NTT adalah Conditio Sine Qua Non untuk bisa mewujudkan tekad "keluar dari jurang kemiskinan". Memang berat, butuh kerja keras dan "kurang menguntungkan" untuk sementara pelaksana, tetapi rupanya untuk saat ini, mengutamakan NTT adalah pilihan terbaik demi rakyat.
Jika Victor-Jos bisa menggerakkan dan mendorong para Bupati/Walikota untuk mengutamakan Nelayan, Tani, Ternak dan berhasil, maka para pemimpin ini akan menorehkan tinta emas dalam perjalanan Provinsi ini.
Provinsi NTT bukan lagi provinsi dengan Nasib Tidak Tentu, atau Nanti Tuhan Tolong, tetapi berubah menjadi Provinsi Nelayan, Tani dan Ternak yang produktif dan berdaya saing. Semoga dan Dirgahayu Provinsi NTT. (*)