Uskup Ruteng : Paslon Bupati dan Wabup Mabar Dipanggil untuk Praktikan Demokrasi yang Baik

Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, Pr mengatakan, para Paslon bupati dan wakil bupati dipanggil untuk mempraktikkan demokrasi sejati

Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Gecio Viana
Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat, Pr saat memberikan berkat dalam misa perutusan paslon bupati dan wakil bupati Kabupaten Mabar di Gereja Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, Kamis (5/11/2020). 

POS-KUPANG.COM | LABUAN BAJO - Menurut Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, Pr, para Paslon bupati dan wakil bupati dipanggil untuk mempraktikkan demokrasi sejati, Kamis (5/11/2020).

Hal tersebut disampaikan dalam homili pada misa perutusan perutusan pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) di Gereja Paroki Roh Kudus Labuan Bajo.

Mgr. Siprianus Hormat, Pr menjelaskan, dalam Sinode 3 Keuskupan Ruteng mencatat beberapa hal, diantaranya masih kentalnya politik primordial, di mana yang menjadi dasar utama pilihan politik adalah ikatan kekerabatan dan kesukuan, dan bukan kualitas kompetensi dan integritas calon.

Baca juga: Bawaslu Belu Tangani Lagi Tiga Kasus Dugaan Pelanggaran

Hal ini, lanjut Mgr Siprianus, selanjutnya ikut mempengaruhi gesekan dan konflik di masyarakat.

Perbedaan politik mengakibatkan perpecahan sosial. Padahal esensi demokrasi justru terletak pada menghargai perbedaan pendapat, mengelolanya secara konstruktif dalam dinamikanya.

Selain itu disinyalir pula dalam Pilpres, Pileg, pilkada dan Pilkades, masih terjadi pelbagai praktik yang menghalalkan segala cara untuk mencapai kekuasaan, antara lain melalui politik uang.

Baca juga: Gelar Operasi Gakplin Protokol Kesehatan, Aparat Polsek Maulafa Sasar Pengendara Mobil dan Motor

"Justru dalam kondisi demikian, bapak-bapak sedang dalam berlaga di Pilkada Mabar dipanggil dalam pilkada untuk mempraktikkan demokrasi yang benar, demokrasi yang jujur, adil dan damai," katanya.

Para paslon menurutnya, diutus untuk menjalankan pencerahan kepada masyarakat terkait politik.

Politik haruslah sebagai kompetisi sehat dan sportif yang menghargai perbedaan dan martabat calon lain.

"Bapak-ibu bertanggung jawab untuk melakukan konsientisasi, penyadaran terhadap masyarakat bahwa politik adalah sarana untuk melayani, bukan untuk berkuasa dan kaya raya," tegasnya.

Diakuinya, keempat paslon yang hadir memiliki perbedaan, namun ada hal yang selalu mengikat dan mempertemukan, ialah Tuhan Yesus. Dia lah yang menjadi tali bagi kita semua.

"Iman akan Kristus inilah yang mendorong kita untuk selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Merendah dalam kasih persaudaraan serta memelihara ikatan damai sejahtera," ungkapnya.

Semua pihak, bersyukur atas perhelatan pilkada, hal ini membuat keterlibatan aktif dalam memilih pemimpinnya. Warga berdaulat dalam memilih pemimpinnya.

Sebaliknya, calon pemimpin harus didorong untuk menyerap aspirasi masyarakat dan berjuang memenuhi harapan dan kebutuhan mereka. Proses demokrasi demikian memungkinkan terjadinya pilihan dan hasil yang baik demi kesejahteraan masyarakat.

Kita juga melihat Demokrasi merupakan proses belajar yang panjang, namun di sana-sini terdapat praktik-praktik yang menciderai Marwah demokrasi yang sejati. Hal ini dilakukan baik oleh masyarakat yang memilih maupun elit politik yang terlibat.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved