VIDEO: Di Lembata, Janda Miskin Terpaksa Tinggal Serumah Dengan Ayam. Simak Videonya
VIDEO: Di Lembata, Janda Miskin Tinggal Serumah Dengan Ayam. Kondisi hidup itu dijalani Mama Bliti di Desa Riangbao, Kecamatan Nagawutun, Lembata.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Frans Krowin
VIDEO: Di Lembata, Janda Miskin Tinggal Serumah Dengan Ayam Peliharaan. Simak Videonya
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA -- VIDEO: Di Lembata, Janda Miskin Tinggal Serumah Dengan Ayam Peliharaan. Simak Videonya
Siapa sangka, seorang janda bernama Kristina Bliti Sura, menapaki hidup demikian pahit.
Ia tinggal di sebuah gubuk tua, beratap alang-alang. Rumah itu sudah reyot dan sesungguhnya tak layak huni.
Namun karena ia tak punya apa-apa, ia terpaksa menjalani hidup itu, walau harus hidup serumah dengan ayam dalam gubuk yang ia tempati.
• VIDEO: Sopir Mobil Dinas Perhubungan Ende Diduga Dibunuh. Polisi Diminta Usut Tuntas. Ini Videonya
• VIDEO: Ditembusi Timah Panas, Residivis Pemerkosaan di Sikka, Jatuh Terkapar. Ini Videonya
• VIDEO: Calon Peserta Tes CPNS di Manggarai Barat Sibuk Urus KTP dan Kartu Kuning. Tonton Videonya
Ini sekelumit kisah Mama Bliti yang tinggal di bibir Pantai Loang, Desa Riangbao, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata.
Kondisi rumah perempuan yang akrab disapa Mama Bliti ini demikian memrihatinkan.
Dindingnya hanya ditambal dengan bilahan bambu dan papan kayu. Atapnya pun banyak bolong. Rumah itu hanya beralaskan tanah.
Yang lebih memprihatinkan lagi, ternyata di dalam rumahnya ada kandang ayam. Kandang ayam itu berada di bagian sudut, tempat ia meletakkan perkakas dapur dan perlengkapan makan minum.
Ini terpaksa ia jalani karena pondok yang ditempati itu relative sempit, hanya berukuran 3×4.
Posisi ruang tidur Mama Bliti hanya berjarak tiga langkah dari kandang ayam. Ruangan ini juga hanya bersekat keneka (belahan bambu).
Janda lima anak ini hanya tidur beralaskan karpet plastik dan ditutupi selembar kelambu biru. Kelambu itu untuk menghalau gigitan nyamuk pada malam hari.
Di rumah reot itu, Mama Bliti tinggal bersama anak bungsunya, Yohanes Kasi Sanoe (13) yang kini masih duduk di bangku kelas V sekolah dasar. Mereka tinggal di rumah itu sejak 2015.
"Rumah saya sudah terbakar sejak enam tahun lalu. Fondasi lamanya masih ada, tapi kami belum punya uang untuk membangunnya kembali," tutur Mama Bliti saat ditemui, Senin (18/11/2019) petang.
Menurut perempuan 52 tahun ini, kediamannya itu sebenarnya pondok di kebun orangtuanya.
Mama Bliti sendiri pernah merantau ke Balikpapan, Kalimantan sejak 1987 dan baru pulang ke kampung halamannya itu pada tahun 2014.
Di Pulau Borneo itu pula dia bertemu suaminya Aprianus Jon yang meninggal dua tahun lalu. Saat ia kembali, keluarganya mengalami musibah. Rumah yang mereka tempati ludes dilalap api.
"Saya 30 tahun di Kalimantan. Lalu saya pulang dan suami saya meninggal karena sakit dan dimakamkan di Kalimantan."
"Saya sebenarnya baru enam tahun kembali ke sini. Orangtua sakit dan saya pulang ke sini. Saya pulang untuk rawat orangtua," lanjutnya.
Aktivitas sehari-hari Mama Bliti adalah berkebun. Beberapa komoditi seperti kelapa, mente, padi dan jagung juga ada di kebunnya. Biasanya hasil komoditi ini dia jual di BUMDes Riabao. Dari hasil jualan ini dia bisa mendapatkan Rp150-200 ribu. Itu pun tak rutin ia peroleh.
Empat orang anaknya sekarang juga berada di tanah rantau. Tiga di antaranya sudah berkeluarga dan menetap di Kalimantan. Sampai saat ini anak-anaknya juga belum bisa membantu mendirikan rumah yang layak huni bagi ibunda mereka.
"Kalau ada hujan saya menangis. Sebab kami tidur di dalam genangan air hujan," tutur Mama Bliti seraya menitikan air mata.
• VIDEO: Rahmat dan Juenna Ling Harumkan Nama Lembata di Tingkat Provinsi NTT. Tonton Videonya
• VIDEO: Kodim 1602 Ende Panen 12 Ton Jagung di Desa Nangamese, Ende, Flores. Tonton Videonya
• VIDEO: Kepala BKN Regional X Denpasar Minta Bupati Sumba Timur Tambah Komputer Lagi. Ini Videonya
Kebanyakan masyarakat, kata dia, merasa kasihan padanya. Kadang kala, tetangga membantu memberikan beras dan ikan kepadanya.
Saat ini, ia sudah menerima sumbangan material dari pemerintah untuk membangun toilet.
"Saya hanya pikir hindari ayam ini dari saya. Saya belum punya dana untuk buat kandang ayam jadi buat di dalam rumah saja," tuturnya.
Mama Bliti penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) sejak 2015 tetapi program dari pemerintah ini baru cukup membantu anaknya sekolah dan belum bisa digunakan untuk merehab rumah.
Oleh karena itu, dia sangat berharap pemerintah bisa meringankan beban hidupnya dengan melakukan bedah rumah.
"Saya ingin punya rumah yang layak huni. Apalagi saat ini memasuki musim hujan. Terus terang, saya susah sekali," ujarnya dengan wajah memelas. (POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)
Tonton Videonya Di Sini: