Berita Cerpen
Cerpen Stefen Bandar: Waktu Yang Tersisa
Ginjal yang kumiliki kini tidak lagi cocok denganku. Lebih menyakitkan lagi bahwa aku pernah mendapatkan donor ginjal.
Aku tersentak ketika melihat sosok yang berdiri di depanku. Dia bukanlah orang yang asing dalam hidupku. Apakah itu benar suamiku? Tapi siapakah wanita di sampingnya? Apakah itu selingkuhannya? Apakah selama ini dia telah menghianatiku?
Aku kembali dengan perasaan tak karuan. Ternyata selama ini suamiku telah menghianatiku, batinku.
Deraian air mata terus membasahi pipiku. Aku tak lagi menghubunginya atau mengirim kabar kepadanya. Aku tak memberikan kabar kepadanya meskipun begitu banyak pesan yang muncul darinya di balik layar chellphoneku.
Seminggu setelah kejadian itu, aku dikunjungi oleh teman-teman kantor suamiku. Mereka membawakan beberapa bunga dan juga sebuah foto dari suamiku.
Aku bingung dengan kehadiran mereka. Sesaat kemudian sala satu teman suamiku menceritakan kisah yang sebenarnya yang terjadi dengan suamiku.
Aku menangis mendengar semua cerita itu. Selama ini, suamiku menyembunyikan penyakitnya dariku. Selama ini dia pergi ke luar daerah hanya untuk mengobati penyakitnya. Dan seminggu yang lalu adalah perjumpaan kami yang terakhir. Tapi mengapa dia tidak menceritakan yang sebenarnya kepadaku? Mengapa dia harus berbohong kepadaku?
Setelah kepergian suamiku, kehidupanku tak teratur lagi. Aku selalu keluar malam untuk mencari hiburan yang dibawa pergi oleh suamiku. Aku tak peduli lagi dengan hadiah terindah yang dia tinggalkan padaku yakni putra kami.
• Sentuhan Geometri Koleksi Giordano Ladies Pada Koleksi Musim Dingin 2019
Bagiku kepergian darinya adalah kehilangan segalanya dalam kehidupanku. Aku menjadi kupu-kupu malam dan bergabung dengan beberapa temanku. Di sana aku menyerahkan seluruh tubuhku kepada orang yang tak aku kenal. Di sana aku mereguk alkohol hingga aku tak sadarkan diri.
Suatu malam sebuah kejadian aneh menimpaku. Ketika aku menyelesaikan tugasku malam itu sebagai seorang pramuria, di tengah perjalanan pulang aku menatap seseorang wanita yang mirip denganku. Mungkinkah dia kembaranku?
Aku coba bertanya-tanya. Seketika itu juga aku menyaksikan runtuhnya bangunan yang ada di sekitarku. Deruan suara kendaraan makin lama makin mengecil hingga semuanya hilang dariku. Aku ditarik oleh sebuah kekuatan besar yang membawaku kepada sebuah situasi yang tak pernah aku alami.
Aku menatap ribuan orang yang bertekun dalam panasnya api yang bernyala-nyala. Mereka mendaraskan doa yang pernah aku dengar dan aku ucapkan sebelumnya. Mereka sepertinya menanti sebuah pembebasan dari api yang terus menyala-nyala.
Kemudian aku dihadapkan dengan situasi lain. Situasi ini lebih menyakitkan karena aku sendiri merasakannya. Ribuan orang berteriak meminta pertolongan dari dalam api yang berkobar-kobar itu. Di sana terlihat penderitaan yang begitu dahsyat yang dialami orang yang berada di dalam api itu.
Lalu aku di bawa kepada situasi lainnya. Di sana aku melihat kebahagiaan yang berlimpah. Terdengar canda dan tawa dari ribuan orang yang ada di sana. Mereka sangat menikmatinya. Tidak ada penderitaan di sana.
• Konfrensi Nasional Legio Maria Digelar di Kota Kupang, Ini Yang Disampaikan Uskup Turang
Sesaat kemudian aku kembali dalam kesendirian. Semuanya menghilang dari padaku.
"Apakah kamu mengerti semuanya?" Sebuah suara muncul, entah dari mana datangnya aku tak tahu.
"Aku telah memberikanmu kesempatan untuk berada di dunia sebelum engkau ada di sana. Aku menyiapkan sebuah rencana untuk kehidupanmu dan masa depanmu tetapi engkau menjauh dari jalan yang telah Aku siapkan untukmu. Bahkan engkau tak menghargai tubuhmu yang aku titipkan kepadamu agar engkau mampu mengenal Aku sebagai penciptamu," lanjutNya.
Keheningan kembali menguasai kami.
"Sekarang pulanglah, seseorang menunggumu di sana. Dia sangat membutuhkan kamu," lanjut suara itu dan seketika itu juga dia menghilang.
Kepalaku terasa berat. Aku tak bisa membuka mataku tetapi aku mendengar suara dari orang-orang yang berada di dekatku. Aku mencoba dan berusaha untuk membuka mataku agar aku dapat melihat semua orang yang berada di sekelilingku khususnya kembali melihat putraku.
• Angelina dan Apriani Juara 2 Lomba Parade Cinta Tanah Air Tingkat Nasional di Bali
"Mama sudah bangun?" sebuah pertanyaan muncul dari pria kecil yang berada di sampingku. Air mata berjatuhan membasahi pipinya.
"Mbak Shinta sudah sadar?" tanya Tini yang berdiri di samping putraku. Air matanya juga bercucuran membasahi pipihnya.
"Mbak Shinta, kabar baik ini harus mbak Shinta tahu bahwa secara ajaib ginjal mbak Shinta kembali normal seperti dulu. Selamat ya mbak," kata seorang dokter kepadaku.
"Ma, aku sangat merindukan mama. Aku sayang mama," kata putraku sembari memelukan tubuhku dan merebahkan
kepalanya di atas tubuhku.
Aku juga sangat menyayangimu nak, kataku dalam hati. Ibu minta maaf ya nak, ibu telah menjadi seorang ibu yang tidak bertanggungjawab."
Tak terasa air mataku berjatuhan membasahi pipihku. Air mata tentang cinta yang memberiku arti kehidupan, syukur dan kesempatan yang ada dalam kehidupanku.
(Mahasiswa tingkat III STFK Ledalero).