Berita Pendidikan

Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Menuju Masyarakat Lembata Sejahtera

Perpustakaan Nasional Indonesia menggelar Safari Gerakan Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca di Kabupaten Lembata.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Apolonia Matilde
Ricardus Wawo
Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, menyerahkan cinderamata. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM|KUPANG - Di tengah acara Festival Literasi, Perpustakaan Nasional Indonesia menggelar Safari Gerakan Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca di Kabupaten Lembata.

Acara talkshow yang dihadiri ratusan peserta dari lingkup pemerintahan, pelaku pendidikan, komunitas baca dan pegiat literasi mengangkat tema 'Pustakawan Berkarya Mewujudkan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat'.

Talkshow tersebut menghadirkan empat orang narasumber, yaitu Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional Indonesia, Nelwati, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lembata, Longginus Lega, dan Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi NTT, Stefanus Ratoe Oedjoe.

Prodi Kimia FST Undana Kupang Bekali Guru SMA se-Kota Kupang dengan Komputasi Molekul 3D

Nelwati yang hadir mewakili Kepala Perpustakaan Nasional Indonesia, Muhammad Syarif Bando, menjelaskan inklusi sosial adalah pendekatan berbasis kemanusiaan (humanistic approach) untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang terbuka, mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang.

"Kami menjadikan perpustakaan sebagai sahabat terbaik dan berujung pada peningkatan kualitas untuk tingkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini bukan hanya judul atau tema saja, tetapi diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Perpustakaan itu bisa berkoordinasi dengan kementerian dan kelembagaan lainnya.

Tidak hanya dana dari APBD tetapi juga instansi atau kementerian lainnya.

Cegah Stunting Lovamil dan Puskesmas Sikumana Gelar Kelas Ibu Hamil

Ini tergantung pimpinan untuk bisa fokus pada peningkatan potensi daerah masing-masing. Perpustakaan berbasis inklusi sosial dalam membangun potensinya," papar Nelwati dalam talkshow yang dilangsungkan di Aula Hotel Palm, Lewoleba, Jumat (23/8/2019).

Perpustakaan yang berbasis inklusi sosial, lanjut Nelwati, merupakan perpustakaan yang memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya, kemauan untuk menerima perubahan, menawarkan kesempatan berusaha, melindungi dan memperjuangkan budaya dan hak asasi manusia.

Saat ini, sudah ada Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Salah satu isinya perihal pembudayaan kegemaran membaca. Sebab itu, di daerah perpustakaan itu urusan wajib dan mendasar.

"Bicara soal minat baca yang tidak muncul begitu saja. Harus dipupuk sejak kecil dalam keluarga. Kalau mereka ulang tahun ajak mereka ke toko buku," pintanya.

Cara Praktis Keringkan Rambut Basah Tanpa Hair Dryer, Cepat Kering dan Rambut Indah

Festival Literasi Sebagai Inovasi
Dari segi kebijakan, Langoday mengatakan Pemkab Lembata sudah menetapkan program Festival Literasi #Sayabaca sebagai salah satu inovasi dari 15 inovasi dalam RPJMD pemerintah setempat.

"Kita sudah mengucurkan sekitar 15-18 miliar untuk pengadaan buku-buku yang disebar ke perpustakaan, taman baca dan taman baca komunitas. Namun kita belum sampai pada satu budaya membaca," tambahnya.

PKM Peternakan Politani Dampingi Kelompok Tani Sehati, Ini Yang Dilakukan!

Langoday mengatakan, sekarang buku-buku secara kuantitatif sudah 75 persen tersedia memadai sampai ke tingkat desa dan kelurahan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved