Testimoni Vox Point Manggarai atas Konferensi Pendidikan Flores-Lembata di Labuan Bajo

Vox Point Manggarai memberikan testimoni atas pelaksanaan Konferensi Pendidikan se-daratan Flores-Lembata di Labuan Bajo yang akan berlangsung pada 20

Penulis: Aris Ninu | Editor: Ferry Ndoen
Pos Kupang.com/Aris Ninu
Dr. Marianus Mantovanny Tapung, S. Fil., M. Pd. 

Memiliki daya saing dalam soal mutu standar proses pembelajaran, lulusan, tata kelola (manajemen) dan penilaian.

Selain itu, memiliki daya tahan ketika berhadapan dengan berbagai persoalan dan tuntutan perkembangan internal dan eksternal. Ketika hal ini harus secara proporsional dikembangkan oleh pendidikan Katolik sehingga tetap ‘berada’ dan ‘mengada’ di tengah dunia.

Keenam, salah satu yang membedakan sekolah katolik dan non-katolik adalah keterlibatan institusi hirarki Gereja. Dalam sejarahnya Gereja sebagai institusi telah berperan aktif dalam membangun manusia dengan kegiatan pendidikan. Gereja telah membantu turut mendukung menciptakan dan membudayakan semangat kemandirian pada lembaga-lembaga pendidikan Katolik melalui yayasan-yayasan Katolik. Sangat diharapkan peran ini tetap dijalankan oleh yayasan-yayasan secara efektif dan efisien.

Peran Gereja lewat yayasan-yayasan ini sedapat mungkin bertujuan membantu sekolah-sekolah Katolik yang membutuhkan perhatian dari segi pembiayaan, pembangunan sarana pra sarana, kesejahteraan guru dan keberlanjutan penyelenggaraan. Semangat kemandirian ini, tentu bisa dielaborasi dengan prinsip solidaritas dan subsidiaritas di antara sekolah-sekolah Katolik.

Dalam konteks itu, hubungan Gereja dengan lembaga-lembaga pendidikan harus terus menerus dipelihara, dibina dan dikembangkan. Gereja dan pendidikan Katolik perlu menghindari sikap apatis, ego-sektoral, berjalan sendiri-sendiri, dan lepas dari visi dan misi yang diemban oleh Gereja sebagai persekutuan yang diberi mandat oleh Tuhan Yesus Kristus.

Dan, ketujuh, mengurus pendidikan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu, Gereja dan yayasan Pendidikan Katolik harus mampu menciptakan inklusivitas, konektivitas dan sinergisitas dengan masyarakat/umat, pemerintah, pendidikan tinggi, dan masyarakat/umat lain demi terbangun pengelolaan pendidikan yang profesional, akuntabel, transparan dan sesuai dengan kebutuhan kekinian hidup masyarakat.(*)

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved