Opini Pos Kupang

Viktor Laiskodat: Amos Dari dan Untuk NTT

Terus terang, saya tidak terlalu mengenal secara dekat sosok Viktor Bungtilu Laiskodat, Gubernur

Editor: Dion DB Putra
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat (kiri) bersama Wakil Gubernur Josef Nae Soi (kanan) melakukan salam komando seusai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/9/2018). 

Desain program dan tekad Viktor membangun NTT lima tahun ke depan adalah alasan kuat bagi kita untuk membaca kehadiran Viktor dalam frame yang sama seperti ketika kita membaca kehadiran Paul Budi. Bahwa dari bumi NTT, dari rahim NTT, dari Nusa Flobamora telah muncul dua anak tanah yang membawa harapan baru, meniupkan spirit baru: membangun negeri ini.

Keunggulan

Tentu kedua sosok ini punya keunggulan masing-masing hingga terpilih dan mendorong kita membacanya sebagai rahmat sejarah.

Paul Budi ketika diminta menyebut keunggulannya sehingga layak dipilih menjadi Superior General SVD pada saat proses pemilihan mengatakan, "Saya mempunyai keunggulan untuk mendengar." Ini proklamasi atau pernyataan seorang pemimpin yang rendah hati meskipun sangat boleh jadi apa yang didengarnya itu bukan hal baru lagi di telinganya. Mendengar di sini adalah listen, bukan hanya hear. Mendengar dengan penuh keterlibatan, bukan sekadar menangkap suara yang lewat. Pemimpin yang mampu dan bisa mendengar seperti ini sudah mulai jarang terlihat.

Kalau mendengar menjadi keunggulan Paul Budi, maka keunggulan Viktor adalah karakternya yang kuat. Karakter ini adalah modal sosial yang luar biasa penting untuk memimpin sebuah organisasi seperti pemerintahan. Latar belakang dan titian riwayat perjalanan Viktor yang penuh lika, liku dan luka ibarat pupuk yang membesarkan Viktor dengan karakter seperti yang kita kenal sekarang.

Memiliki karakter seperti ini, Viktor bisa memberi banyak harapan buat rakyat daerah ini. Rencananya membangun NTT lima tahun ke depan terbaca dengan sangat jelas setiap kali ketika Viktor berbicara tentang progamnya membangun NTT. Pada pertemuan dan diskusi bareng dengan Paul Budi di Soverdi Kupang, tekad Viktor itu juga dijelaskannya dengan penuh keyakinan.

Sebetulnya program-program kerja Viktor dan pasangannya Josef Nae Soi lima tahun ke depan tidak jauh berbeda dengan para pendahulunya. Tetapi yang bakal berbeda adalah bagaimana mengeksekusi program-program itu. Viktor sama sekali tidak menyalahkan para pendahulunya. Yang dia salahkan adalah mengapa NTT terlalu lama bangkit mengejar ketertinggalannya.

Ketika program-program ini ada di tangan Viktor, kita boleh banyak berharap dari sosok ini. Harapan ini muncul begitu kuat dan meyakinkan ketika mendengar dan menyaksikan bagaimana gaya kepemimpinan Viktor.

Viktor tampil dengan gayanya yang jauh berbeda dengan para pendahulunya yang sudah punya pakem. Dia mau tampil `agresif' untuk membawa NTT lebih cepat maju. Meminjam bahasanya sendiri, "NTT ini terlalu lama dipimpin oleh orang-orang baik. Mungkin sekarang Tuhan kirim orang seperti saya ini untuk pimpin NTT."

Dua jam lebih mendengar Viktor membeberkan sejumlah agenda yang bakal dikerjakannya mampu mengubah dan membalikkan gambaran tentang profilnya yang selama ini dipegang publik: kasar, keras dan tidak mau tahu. Ketika membeberkan sejumlah agenda kerjanya, terlihat sangat jelas kalau Viktor juga seorang dengan wawasan pengetahuan yang luas, kritis dan cermat membaca tanda-tanda zaman, piawai melihat peluang-peluang bisnis.

Viktor sangat ingin agar NTT tampil ke pentas nasional sebagai provinsi yang tidak mati angin. Dia sangat alergi dengan stigma-stigma miring yang selama ini jadi label NTT. "Telinga saya sakit kalau tiap kali mendengar NTT itu ketiga termiskin dari belakang, kelima terkorup, pendidikan paling rendah. Sampai kapan ini?" tantangnya.

Mendengar pemaparan Paul Budi tentang fokus tarekat SVD ke depan dan bagaimana tekad Viktor dan Josef membawa NTT ke depan, saya jadi teringat kisah Nabi Amos dalam kitab suci orang Kristen. Nabi Amos itu orang biasa yang dipakai Tuhan untuk `proyek' sosialNya. Dia bukan seorang profesional, dia cuma penggembala ternak dan pencari buah ara di hutan.

Amos berkarya pada zaman ketika Kerajaan Israel Utara dipimpin Raja Yerobeam II, kira-kira tahun 760 sebelum masehi. Orang sederhana ini dipanggil Tuhan ketika di Kerajaan Israel Utara itu terjadi banyak ketidakadilan. Banyak orang kaya, tetapi juga jurang antara orang kaya dengan orang miskin terbuka lebar. Amos tampil dengan kritik atas ketidakadilan sosial yang merajalela. Kepada orang-orang Israel ketika itu, atas nama Tuhan, Amos mengatakan, "Kesudahan telah datang bagi umatKu Israel. Aku tidak akan memaafkan lagi" (Amos, 8:2).

Amos dikirim Tuhan untuk berkarya di Israel menentang ketidakadilan sosial. Pesan apa yang bisa kita tangkap dari kehadiran Paul Budi dan Viktor Laiskodat?

Paul Budi dipilih untuk memimpin SVD enam tahun ke depan. Viktor-Josef dipilih memimpin NTT lima tahun ke depan. Dengan kekuatan mendengar, Paul Budi berharap bisa membawa SVD menjadi sebuah tarekat yang mampu mendengar suara-suara sunyi di tempat-tempat yang sunyi.

Dengan kekuatan pada karakter dan tekad yang kuat, Viktor-Josef sangat ingin membawa NTT lari sprint menyongsong perubahan dalam segala sektor kehidupannya. Mendengar program kerjanya, mempertimbangkan karakter dan tekadnya serta melihat gaya dan wataknya, boleh jadi Viktor adalah Amos yang dikirim ke NTT. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved