Saatnya Membumikan Gerakan Literasi di NTT, Begini Caranya

Di balik potret keterbelengguan kultur yang stagnan, pemerintah tergerak hati, membuka mata, serta memperlebar ruang imajinasi

Editor: Dion DB Putra
ilustrasi

Atensi peserta diskusi menjadi hangat dan menemukan ruang tafsir yang luas pasca menyimak catatan-catatan kritis di atas. Apalagi moderator dengan kreatif merangkai kata dengan ulasan-ulasan kalimat yang begitu fenomenal. Ruang diskusi meluas dan menghadirkan berbagai tema menarik untuk disertakan dalam forus diskusi pendidikan literasi.

Berpijak pada realitas ini, saya menilai bahwa momentum ini telah memberikan suatu ruang transformatif bagi perkembangan gerakan literasi dalam dunia pendidikan khususnya. Karenanya, budaya dan gerakan literasi harus mengakar dan bila perlu menjadi habitual action dalam tatanan sosial. Budaya literasi bukan hanya soal akal tetapi juga melibatkan perasaan untuk membaca realitas.

Oleh karena itu, apa yang telah digagas Agupena Flotim adalah jalan awal untuk menarik orang agar semakin mencintai dan sadar memahami bahwa sudah saatnya budaya literasi dibumikan dan tetap dilestarikan dalam panti-panti pendidikan.

Gerakan literasi sudah saatnya dibumikan mengingat kemajuan dunia modern saat ini dengan cepat mengeliminasi mutu dan kemajuan pendidikan kita. Sembari bercermin pada konsep literasi Kabupaten Flores Timur, kita ditantang untuk berpikir kritis dalam menciptakan kreasi-kreasi baru sebagai wujud nayata kita dalam mengamalkan dan membumikan budaya literasi kapan saja dan di mana pun. Gerakan literasi harus menyatu dan melekat erat dalam diri semua orang. Sebab dengan membaca, kita mengenal dunia,dan dengan menulis kita dikenal oleh dunia. Sudah saatnya kita membumikan gerakan literasi.*

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved