Timor Tengah Selatan Terkini

Direktur Yayasan SSP Sebut Miras Hanya Alasan Pelaku Melancarkan Niat

Direktur Yayasan SSP, Rambu Atanau-Mella, mengatakan miras seringkali hanya menjadi tameng untuk pelaku kekerasan 

POS-KUPANG.COM/MARIA VIANEY GUNU GOKOK
YAYASAN SSP - Direktur Yayasan SSP, Rambu Atanau-Mella saat diwawancarai di ruang kerjanya. 

Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Maria Vianey Gunu Gokok

POS-KUPANG.COM, SOE

Ringkasan Berita:
  • Direktur Yayasan Sanggar Suara Perempuan, Rambu Atanau-Mella menanggapi kasus kekerasan terhadap perempan dan anak di Timor Tengah Delatan.
  • Rambu menilai minuman keras (miras) seringkali hanya menjadi tameng untuk orang melakukan tindakan kekerasan. 
  • Bagi Rambu, alkohol itu hanya alasan pembela diri. Tapi dasarnya, pelaku sudah memiliki niat jahat sebelumnya. 
  • Menurut Rambu, pelaku seringkali merupakan individu yang minim rasa menghormati dan menghargai sesama. 

 

"Dasarnya sudah ada. Jadi ketika dia mabuk, dia melakukan, dia kasih salah lagi ini miras. Tapi kalau dia punya dasar memang menghargai, menghormati orang lain, dalam hal ini kaum perempuan, saya kira dia dalam kondisi apapun, dia tidak pasti akan melakukan itu, " tegas Rambu Rambu Atanau. 

Menurut Rambu Atanau, mabok atau kondisi dipengaruhi alkohol hanya menutupi niat atau kebiasaan yang sudah ada. Dimana seringkali, mabuk itu jadi alasan. 

"Padahal pelaku sendiri yang mau melakukan tindakan tersebut. Karena itu, kalau dia sadar bahwa miras itu penyebab dari semua itu, jangan minum," tegas Rambu Atanau. 

Selain itu, menurut Rambu Atanau jika berkaitan dengan kecenderungan mengkonsumsi alkohol yang akhirnya memberikan ruang untuk terjadinya siklus ekonomi melalui produksi dan penjualan miras.

"Kalau tidak ada yang minum, tidak mungkin ada orang yang memproduksi. Orang produksi karena ada yang minum. Coba, kalau orang tidak punya hasil dari memproduksi atau tidak ada yang membeli. Mana kita mau usaha. Jadi memang, tiap orang boleh berpendangan yang berbeda, " jelas Rambu Atanau,  terkait pandangan mengenai keberadaan miras di masyarakat. 

Oleh karena itu, Rambu Atanau mengatakan, menghakimi penjual miras adalah sikap yang kurang bijaksana, apalagi berkaitan hubungannya dengan angka kekerasa. Hal ini karena menurutnya lebih baik dipertegas pada pengendalian diri setiap individu. 

"Jadi, kita juga mau menghakimi orang yang jual miras, kadang-kadang, kita tidak bijaksana begitu, kalau menurut saya. Karena itu juga sumber mata pencarian. Tapi lebih kepada kita, bagaiamana pengendalian diri dari setiap manusia, setiap kita. Kalau kita tidak mau, tidak usah minum, " jelas Rambu Atanau, Kamis (30/10/2025) di ruang kerjanya. 

Rambu Atanau menyampaikan bahwa salah satu cara yang paling penting dan dari akar rumput, untuk menghentikan tindak kekerasan yaitu menjalankan ajaran agama, yakni mengasihi dan menghormati. 

"Sama dengan slogan kita, yaitu katakan tidak  pada kekerasan. Maka pernyataan ini harus dihayati oleh semua orang. Kemudian mengamalkan nilai agama dan norma sosial yang baik, menurutnya menjadi kunci terjaga dari pikiran dan niat untuk melakukan kejahatan," jelas Rambu Atanau. 

Menurut Rambu Atanau semua agama tentu mengajarkan kasih. Apabila semua individu menjalankan hal tersebut tentu akan mengurangi tindakan merugikan orang lain dan dirinya. 

"Kita semua orang berTuhan. Apapun keyakinan kita tentu mengajarkan kasih. Hal kasih diwujudkan melalui tindakan menghargai dan menghormati. Jadi harus ada bentuk kepatuhan kita kepada Tuhan itu adalah menjalankan tindakan kasih ini. Bukan menyakiti orang lain, sehingga jika itu tidak kita lakukan maka kita tidak taat pada Tuhan yang kita imani, " jelas Rambu Atanau. 

Menurut Rambu Atanau, kondisi relasi kuasa yang menjadi penyebab umum tindak kekerasan, terjadi karena manusia yang menciptakan kondisi itu sendiri. 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved