Malaka Terkini

Pembangunan Rumah Bantuan Badai Seroja di Malaka Mangkrak

Setelah Badai Seroja melanda pada tahun 2021 lalu, rumah mereka rusak berat terendam lumpur akibat banjir setinggi satu meter.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/KRISTOFORUS BOTA
BADAI SEROJA - Kondisi rumah bantuan Badai Seroja tahun 2021 di Kabupaten Malaka mangkrak, Rabu (29/10/2025) 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Kristoforus Bota

POS-KUPANG.COM, BETUN - Proyek pembangunan rumah bantuan bagi korban Badai Seroja di Kabupaten Malaka yang dananya digelontorkan dari pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2022 sebesar Rp 57,5 miliar, hingga kini masih banyak yang mangkrak dan belum tuntas dikerjakan.

Pantauan POS-KUPANG.COM, Rabu (29/10/2025), di Desa Fafoe, Kecamatan Malaka Barat, terdapat beberapa unit rumah bantuan yang pembangunannya terhenti dan dibiarkan terbengkalai.

Salah satu rumah tersebut milik Gabriel Nahak, warga penerima manfaat kini kondisinya sangat memprihatinkan. 

Bangunan yang sudah terpasang atap ini hanya berdiri pada fondasi setinggi sekitar satu meter dari permukaan tanah.

Rangkanya dari baja ringan, namun hingga kini belum dipasangi dinding, jendela, maupun pintu. Rumah itu tampak kosong dan terbuka begitu saja.

Sebelumnya, Wihelmina Maria Abuk, istri Gabriel Nahak, menceritakan setelah Badai Seroja melanda pada tahun 2021 lalu, rumah mereka rusak berat terendam lumpur akibat banjir setinggi satu meter. Bantuan pemerintah sempat datang, namun pembangunannya tidak pernah selesai.

“Tukang pertama datang hanya bangun fondasi dan pasang tiang baja ringan, lalu pergi. Tukang kedua lanjut atap seng, setelah itu tidak ada kelanjutan,” jelas Wihelmina.

Menurut Wihelmina, proses pendataan dilakukan langsung oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malaka. Setelah itu mereka diminta membuka rekening, dan sempat menerima dana Rp 3 juta. Dari jumlah tersebut, Rp 1,5 juta dicairkan untuk membangun rumah darurat, sedangkan sisanya diblokir tanpa penjelasan lebih lanjut.

Baca juga: Bupati SBS dan Wabup HMS Diganjar Gelar Sahabat Petani di Kabupaten Malaka

“Kami tidak tahu dana sisa itu untuk apa. Setelah itu baru material mulai dikirim dan rumah mulai dibangun, tapi sampai sekarang mangkrak,” kata Wihelmina.

Gabriel Nahak (65) menambahkan saat pendataan, mereka dikumpulkan di kantor desa dan diarahkan langsung oleh Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD saat itu, serta dikoordinir oleh aparat desa bernama Yulius Bria. 

Hingga kini, Gabriel dan keluarganya belum pernah membuat pengaduan resmi, namun berharap rumah bantuan tersebut bisa dilanjutkan.

“Sudah tiga tahun kami hanya menunggu. Sekarang kami tinggal sementara di rumah anak piara kami yang sedang merantau,” ujarnya.

Di lokasi terpisah, terlihat pula bangunan mangkrak lain yang bahkan telah dipenuhi belukar. Fondasinya sudah dibangun dan tiang baja ringan telah dipasang, namun tak ada kelanjutan pembangunan sejak 2022.

Yulita Do Carmo, warga sekitar, menyebut bangunan tersebut milik Rosina Seuk, seorang janda yang saat ini masih tinggal di rumah lamanya di pinggir jalan umum. Ia membenarkan bahwa sebelum dibangun rumah bantuan, lahan itu kosong.

“Bangunan itu sejak awal dibangun tahun 2022, sampai sekarang tidak pernah selesai,” katanya.

Masih di Desa Fafoe, ditemukan pula bangunan rumah bantuan yang hampir rampung. Rumah tersebut sudah beratap, berdinding papan gypsum, dan memiliki tiga ruang dalam. Namun, pintu dan jendela belum terpasang, serta belum dicat. Rumah ini milik Daniel Bria, seorang pensiunan ASN.

Menurut tetangganya, Stanislaus Klau, rumah tersebut sebenarnya akan ditempati oleh anak Daniel, namun hingga kini belum dihuni karena pembangunan belum tuntas.

Sementara itu, penerima bantuan kategori rusak sedang bernama Lipus Bria, justru telah menerima bantuan berupa bahan bangunan dan jasa tukang. Istrinya mengatakan mereka menerima bantuan berupa 40 dos keramik, 10 sak semen, 1 ret pasir, serta beberapa item oker.

“Tukang yang kerja saat itu juga dibayar langsung oleh pihak toko yang menangani pengadaan material sebesar Rp 2 juta,” ujar istri Lipus Bria.

Hingga kini, warga penerima manfaat belum mengetahui secara pasti alasan mangkraknya proyek tersebut. Meskipun sudah beredar informasi bahwa aparat penegak hukum tengah menyelidiki indikasi korupsi dalam proyek ini, warga tetap berharap pemerintah melanjutkan pembangunan agar bantuan ini benar-benar bermanfaat.

“Kami hanya ingin rumah itu selesai. Jangan sampai hanya dibangun setengah lalu ditinggal. Kami butuh tempat tinggal yang layak,” harap Gabriel Nahak. (ito)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved