Sumba Timur Terkini

Walhi: Sumba Masih Pegang Teguh Tujuh Sendi Peradaban Nusantara

Ia menyebutkan, tujuh sendi itu meliputi arsitektur rumah, bahasa, tenun, sistem pangan, pengobatan tradisional, perkakas dan bela diri.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/IRFAN BUDIMAN
Direktur Eksekutif WALHI Nasional, Zenzi Suhadi. Ia menyebutkan Sumba merupakan pulau yang hingga kini masih mempertahankan tujuh sendi peradaban nusantara di Indonesia 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Budiman

POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nasional, Zenzi Suhadi mengatakan, Sumba merupakan pulau yang hingga kini masih mempertahankan tujuh sendi peradaban nusantara di Indonesia.

Ia menyebutkan, tujuh sendi itu meliputi arsitektur rumah, bahasa, tenun, sistem pangan, pengobatan tradisional, perkakas dan bela diri.

Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa Pulau Sumba menjadi tempat pelaksanaan Pekan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) XIV Walhi, sekaligus deklarasi Hari Keadilan Ekologis Sedunia pada 20 September 2025.

“Kita memutuskan Pulau Sumba (karena) di pulau ini manusia yang hidup di atasnya masih mempertahankan tujuh sendi peradaban nusantara,” katanya, Kamis (18/9/2025).

Menurutnya, tujuh sendi peradaban itu ibarat kerangka kehidupan. “Ketika satu sendi mengalami keruntuhan maka dia akan memberikan beban kepada sendi yang lainnya,” ujarnya.

Ia mengatakan, di pulau ini juga akan dideklarasikan Hari Keadilan Ekologis Sedunia. Alasannya, Sumba masih memperlihatkan makna keadilan dalam pengelolaan sumber daya alam, kelestarian lingkungan dan peradaban masyarakatnya.

“Melalui Pekan Lingkungan Hidup kita juga memilih Pulau Sumba menjadi tempat mendeklarasikan Hari Keadilan Ekologis Sedunia,” ujarnya dalam konferensi pers.

Zenzi Suhadi menjelaskan, Walhi tidak menempatkan deklarasi ini sebagai seremonial semata. 

Hari Keadilan Ekologis dimaknai sebagai momentum titik balik bagi siapa pun, bagi bangsa mana pun yang menyadari kepentingan ekonomi dan politik justru berpotensi menghancurkan alam dan peradaban manusia itu sendiri.

Kalau ingin mewariskan peradaban ekonomi, kata Zenzi, manusia harus mengubah cara menempatkan alam sebagai bagian dari ekonomi.

Baca juga: WALHI Gelar PNLH XIV, Sumba Jadi Tempat Deklarasi Hari Keadilan Ekologis Sedunia

“Hari Keadilan Ekologis ini kita menempatkan momentum bagi semua orang, bangsa dan negara yang mau memulai cara hidupnya, menyadari kesalahannya sehingga tatanan kehidupan kita dibangun dari proses kita beradaptasi dengan alam, bukan dengan cara mengekstraksi atau memodifikasi alam,” ungkapnya.

Ia menambahkan, Walhi selama ini telah mengampanyekan pemulihan Indonesia dari pergumulan 780 aktivis, anggota Walhi, mitra jaringan, maupun jaringan petani dan nelayan.

Dari jumlah itu, kata Zenzi, para aktivis diharapkan bisa berdiskusi langsung sekaligus menghayati kehidupan masyarakat Pulau Sumba untuk mendapatkan pengetahuan, pembelajaran, serta referensi memulihkan alam.

“Kalau teman-teman setiap provinsi mau memulihkan peradabannya, mau memulihkan alamnya, referensinya itu Sumba,” ujar Zenzi. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved