Timor Tengah Utara Terkini
ASDP Merawat Asa Pelaku UMKM dari Pulau Terpencil Berlabuh di Batas Negara
Kapal dengan kapasitas deadweight tonnage 125 ton ini baru saja tiba di Pelabuhan Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Bolok Kupang.
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Apolonia Matilde
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Buih di buritan Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Ile Mandiri perlahan teduh.
Kapal dengan kapasitas bobot mati (deadweight tonnage) 125 ton ini baru saja tiba di Pelabuhan Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Bolok Kupang, Sabtu, 16 Agustus 2025.
Semilir angin beraroma ganda. Aroma laut dan aroma debu yang menari dari ujung Pelabuhan ASDP Bolok Kupang beradu kuat di hidung. Puluhan kendaraan roda empat, roda enam, dan roda dua beserta ratusan penumpang mengambil sikap ancang-ancang turun ke pelabuhan. Beberapa orang ABK tampak bekerja keras mengencangkan dan memutar mooring winch atau windlass (mesin penambat tali di kapal).
Cokroaminoto Songge (46) sibuk menghitung jumlah barang miliknya yang disimpan rapi di dalam kardus usai kendaraan keluar dari kapal itu. Pria asal Desa Watohari, Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini membawa tembikar (periuk yang terbuat dari tanah liat) dan batu terbaik yang dipilih dari pesisir pantai di desanya.
Pria yang akrab disapa Cokro ini sengaja keluar paling terakhir dari semua penumpang. Hal ini bertujuan memastikan tembikar dan barang-barang lainnya tidak pecah atau rusak ketika keluar dari kapal. Beberapa orang ABK KMP Ile Mandiri mulai sibuk membersihkan sampah di dalam kapal itu.

Usai turun dari KMP Ile Mandiri, ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT dengan menumpang mobil bis. Butuh waktu tempuh 5 sampai 6 jam untuk tiba di Kota Kefamenanu (Ibukota Kabupaten TTU).
Cokro sudah berdomisili di Kota Kefamenanu selama 28 tahun. Pada tanggal 10 Agustus 1997 pria ini menjejakkan kaki untuk pertama di Kota Kefamenanu. Rupanya, kota ini kemudian menjadi tempat paling lama ia melabuhkan nasib di tanah perantauan.
Emping Jagung Cokro
Cokroaminoto merupakan seorang pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Kefamenanu. Ia menekuni dunia bisnis kuliner pangan lokal sejak tahun 2023. Pangan lokal yang digeluti Cokro adalah Emping Jagung. Ia memberikan label pangan lokal ini dengan nama "Emping Jagung Cokro".
Cokro mengisahkan, pertama kali terjun ke dunia UMKM Kuliner bermula dari iseng-iseng membuat pangan lokal khas Desa Watohari yakni emping jagung untuk dikonsumsi sendiri dan rekan-rekannya. Namun, ada beberapa rekannya yang tertarik mulai bertanya tentang proses pembuatan serta originalitas dari pangan lokal ini.
Ia menjelaskan, emping jagung ini dibuat dari pengan lokal asli, tanpa pewarna dan hanya ditambah penyedap rasa dan garam ketika digoreng.
Meskipun belum dijual di swalayan, Emping Jagung Cokro juga menjangkau pasar-pasar di Perbatasan RI-RDTL khususnya Pasar Haumeniana dan Pasar Oeolo. Dalam sebulan, pendapatan bersih dari bisnis ini berkisar Rp. 3.000.000 sampai Rp. 4.000.000.
Sebelumnya, jagung didatangkan Cokro dari Pulau Solor. Pasalnya, jagung dari wilayah tersebut memiliki kualitas yang sangat baik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.