Politani

Politani Kupang Dorong Inovasi Ketahanan Pangan Melalui Workshop Agritalk Series 2025

Kegiatan ini menjadi wadah bagi civitas akademika untuk berdiskusi dan bertukar pandangan terkait strategi membangun ketahanan pangan di wilayah

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
Suasana Workshop Agritalk Series 2025 di Politani Negeri Kupang 

Ringkasan Berita:
  • Workshop Agritalk Series III Tahun 2025 digelar Politeknik Pertanian Negeri menjadi wadah bagi civitas akademika untuk berdiskusi dan bertukar pandangan
  • Workshop ini membahas strategi membangun ketahanan pangan di wilayah kering seperti Nusa Tenggara Timur (NTT)

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Politeknik Pertanian Negeri atau Politani Kupang kembali menggelar Workshop Agritalk Series III Tahun 2025 dengan mengangkat tema "Membangun Ketahanan Pangan dan Sistem Pertanian Terpadu di Kawasan Kering: Sinergi Inovasi Lokal, Teknologi, dan Kebijakan."

Kegiatan ini berlangsung di Gedung Student Center Politani Kupang pada, Selasa 4 November 2025 dan dibuka secara resmi oleh Wakil Direktur I Politani Kupang, Max Arthur Julian Supit. 

Workshop ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Kludolfus Tuames (Kepala BPSAS Benain Noelmina NTT), Simon P. Field (Senior Advisor Yayasan Besipae), dan Zadrakh Mengge (PIKUL). Acara ini dimoderatori oleh Agripina A. Bele.

Peserta workshop terdiri dari mahasiswa, dosen, serta para ketua jurusan di lingkungan Politani Kupang. 

Kegiatan ini menjadi wadah bagi civitas akademika untuk berdiskusi dan bertukar pandangan terkait strategi membangun ketahanan pangan di wilayah kering seperti Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dalam sambutannya, Max Arthur Julian Supit menyampaikan apresiasi kepada para narasumber dan panitia Agritalk yang telah mempersiapkan kegiatan dengan baik.

"Hari ini kita semua hadir di sini untuk belajar bersama tentang ketahanan pangan di daerah kita," ujarnya.

Lebih lanjut, Max memantik diskusi dengan pertanyaan reflektif tentang pemanfaatan nira lontar di Provinsi NTT.

"Mengapa pemanfaatan nira lontar di NTT belum mampu menciptakan ekosistem rantai pasok seperti industri susu di Lembang?," tanyanya.

Menurut Max, di Lembang pengembangan industri susu memerlukan biaya besar untuk pengadaan ternak, perawatan, hingga pakan. 

Baca juga: Kelompok Tani Sulamanda Gelar Panen Raya Bersama Politani Kupang dan Sinode GMIT

Sementara di NTT, lanjut Max pohon lontar tumbuh alami tanpa biaya tanam atau perawatan, namun belum dikelola secara optimal.

"Kita di NTT tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk menanam pohon nira. Tapi mengapa potensi ini belum berkembang hingga melahirkan industri berbasis nira lontar?," ujarnya.

Max menambahkan bahwa nira lontar memiliki banyak manfaat, seperti gula lempeng, gula semut, dan minuman fermentasi (wine) yang bernilai ekonomi tinggi.

Bahkan, pohon lontar juga berpotensi menghasilkan biodiesel yang dapat menunjang ketahanan energi dan pangan di NTT.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved