NTT Terkini 

Dukung Asta Cita Prabowo–Gibran, NTT Siap Suplai Energi Terbarukan

Prof David menjelaskan, ada dua poin penting untuk mendukung swasembada energi yang tengah dikejar oleh pemerintah.

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
DISKUSI - Pakar kebijakan publik Universitas Nusa Cendana, Prof. Dr. David B. W. Pandie (kiri), Pakar energi dari Universitas Nusa Cendana, Prof Fredrik L. Benu (tengah) dan pakar ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Dr. Frits Fanggidae pose bersama usai diskusi publik di Kupang. 

Prof Fredrik menjelaskan saat ini sejumlah fasilitas PLTU di Timor telah menjalankan program co-firing biomassa dengan menggunakan chip kayu dari tanaman lokal seperti lamtoro dan gamal. 

Keduanya memiliki nilai kalor mendekati batubara namun dengan emisi jauh lebih rendah. Selain itu, dengan suplai biomassa dari NTT yang mencapai 20 ton per hari, Prof Fredrik menyebut pemerintah daerah bisa mendapatkan pendapatan daerah tambahan melalui skema perdagangan karbon.

“Dari substitusi batubara dengan biomassa saja, bisa Rp2,8 miliar per bulan dari carbon trade. Tinggal kita perkuat regulasi daerahnya,” paparnya.

Dalam kesempatan yang sama, pakar ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Dr. Frits Fanggidae menegaskan bahwa EBT berperan penting menurunkan biaya produksi dan mendorong daya saing UMKM. Sebab, listrik yang dihasilkan dari EBT harganya lebih murah, sehingga dapat menjadi intensif bagi UMKM di daerah.

 “EBT akan membuat biaya produksi turun. Kalau energi murah, efisiensi naik, kapasitas produksi tumbuh, dan daya saing meningkat,” ujarnya.

Pemerintah pun terus memperkuat ketahanan energi, terutama di Indonesia wilayah Timur. Terbaru, PT Pertamina Patra Niaga meresmikan Fuel Terminal Labuan Bajo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis (2/10/2025) dengan kapasitas 488 Kiloliter (KL). 

Selain itu, pemerintah juga mendorong Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) di Desa Winebetan, Langowan Selatan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut). Sebanyak 112 rumah sekarang telah teraliri listrik.

Meski begitu, ia mengingatkan bahwa elektrifikasi melalui EBT bukan menjadi satu-satunya faktor yang membuat UMKM di daerah berkembang. 

Menurut dia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) perlu merangkul pihak lain agar peningkatan ekonomi bisa lebih maksimal setelah elektrifikasi 100 persen terjadi. 

“Listrik saja tidak cukup. UMKM-nya harus dipersiapkan. Pemerintah perlu rangkul Kementerian UMKM agar industri kecil pindah ke desa-desa yang sudah terang,” kata Fanggidae. (fan)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved