NTT Terkini

Tenun Ikat Jadi Sumber Harapan: Kisah Hilde Bangkit Bersama Amartha

Di tengah kesulitan itu, Mama Roni mendapat kabar tentang akses permodalan mikro dari Amartha melalui Ketua Kelompok TDM, Mama Margaretha.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/TARI RAHMANIAR ISMAIL
Febronia Ulan (51), warga Tuak Daun Merah TDM yang merupakan penenun 

“Uang untuk sekolah anak-anak dari sini juga. Ada yang sudah sekolah tinggi, satu mau masuk kuliah,” ungkap mama Roni. 

Bersama lebih dari 20 penenun perempuan lain dalam kelompok, Mama Rony merasakan manfaat ekonomi sekaligus kebersamaan. Ia mengaku senang dengan pendampingan dari Amartha.

“Saya bangga masuk Amartha. Tambah modal, dan petugas baik-baik. Kalau terlambat, tidak marah,” ungkapnya.

Namun di balik keberhasilan itu, terselip kekhawatiran akan keberlanjutan tradisi menenun di tengah generasi muda.

“Anak-anak sekarang susah mau belajar. Tapi ini sangat berharga. Saya mau tetap ajar untuk turun ke cucu,” ujarnya.

Dengan semangat mempertahankan budaya dan akses modal yang semakin terbuka, Mama Rony berharap usahanya terus berkembang.

“Kalau bisa, modal tambah lagi sampai delapan juta,” ungkapnya. 

Kisah Mama Rony menjadi cerminan perjuangan perempuan NTT yang tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga menenun masa depan yang lebih baik—satu helai demi satu helai. (iar)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved