Undana
Puncak IAPA International Conferences 2025 di Undana Soroti Keseimbangan Inovasi dan Nilai Lokal
Prof. Agus juga menekankan pentingnya forum ini sebagai wadah memperkuat jejaring antara perguruan tinggi.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro
POS-KUPANG.COM, KUPANG — Setelah berlangsung selama dua hari, kegiatan Indonesian Association for Public Administration (IAPA) International Congress & Conferences 2025 yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nusa Cendana (Undana) resmi memasuki puncak acara pada Rabu (29/10/2025).
Rangkaian kegiatan hari terakhir difokuskan pada sesi konferensi yang menghadirkan pembicara utama internasional, diskusi panel, serta forum akademik yang mengeksplorasi hubungan antara kearifan lokal dan praktik tata kelola publik modern.
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena, yang membuka kegiatan ini, menekankan pentingnya adaptasi birokrasi di tengah era digitalisasi yang serba cepat.
“Kita hidup di era yang menuntut birokrasi adaptif, transparan, dan inklusif. Namun, dalam kecepatan perubahan ini, kita tidak boleh kehilangan arah dan jati diri. Tradisi, nilai, dan kearifan lokal adalah fondasi yang menjaga agar inovasi tidak kehilangan makna,” ujar Gubernur.
Ia menambahkan, melalui forum IAPA ini diharapkan peserta dapat memahami pentingnya membawa semangat inovasi tanpa meninggalkan akar budaya dan konteks lokal.
Baca juga: Bhabinkamtibmas Imbau Warga Kelurahan Maubeli Tidak Konsumsi Miras pada Acara Syukuran Wisuda
“Inovasi tidak bisa disalin mentah-mentah; perlu adaptasi dan kontekstualisasi agar tetap sejalan dengan nilai-nilai lokal. Masa depan administrasi publik adalah masa depan yang manusiawi, menghargai kebutuhan daerah, membuka ruang partisipasi, dan menumbuhkan semangat kolaborasi,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) IAPA, Prof. Dr. Agus Pramusinto, M.DA, menyoroti relevansi konferensi ini dalam konteks keberagaman Indonesia.
“Indonesia adalah negara dengan keberagaman luar biasa. Ini mengingatkan kita bahwa tata kelola publik tidak bisa bersifat satu arah. Tradisi masyarakat daerah menunjukkan bagaimana harmoni dijaga. Kini saatnya menyeimbangkan praktik administrasi modern dengan kearifan tradisional yang telah lama hidup di tengah masyarakat,” ungkapnya.
Prof. Agus juga menekankan pentingnya forum ini sebagai wadah memperkuat jejaring antara perguruan tinggi.
Begitu pula dengan lembaga publik dan swasta, serta para akademisi muda di seluruh Indonesia.
Baca juga: Pahlawan Nasional Baru Diumumkan Sebelum 10 November, Akan Ada Nama Frans Seda?
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Undana, Dr. Drs. Siprianus Suban Garak, M.Sc, yang mewakili Rektor Undana dalam sambutan pembukaannya, turut menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi era globalisasi dan digitalisasi.
“Dengan tema konferensi tahun ini, kegiatan ini menjadi momentum strategis mempertemukan akademisi, birokrat, politisi, praktisi, dan masyarakat sipil dari berbagai daerah untuk membahas perkembangan tata kelola publik. Saya yakin konferensi ini akan melahirkan ide-ide baru bagi sektor publik yang lebih responsif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Pada sesi utama konferensi, hadir sejumlah pembicara internasional dan nasional, di antaranya Prof. Stein Kristiansen dari Adger University, Norwegia, yang membahas pertemuan antara kearifan tradisional dan tata kelola publik modern; Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma, dengan topik pendidikan digital yang berkeadilan dan reformasi kebijakan publik; serta Prof. Kwon Gi Heon dari Sungkyunkwan University, Korea Selatan, yang membahas strategi peningkatan kapasitas pemerintahan di Indonesia.
Selain itu, H.E. Agostinho Letenfio de Deus, Ketua Komite Aparatur Sipil Negara Timor Leste, turut memaparkan pandangannya tentang penerapan kearifan lokal dan inovasi dalam administrasi publik di negaranya.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.