NTT Terkini
Balai Bahasa Provinsi NTT Luncurkan 43 Buku Cerita Anak Dwibahasa, Angkat Kearifan Lokal dan Budaya
Sementara itu Dedi Supyadi mengatakan secara intens memang balai bahasa ini mitra kerja Dinas Karsipan dan Pemustakaan.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tari Rahmaniar
POS-KUPANG.COM, KUPANG — Balai Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) secara resmi meluncurkan 43 judul buku cerita anak dwibahasa yang ditulis dalam 19 bahasa daerah di NTT.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat gerakan literasi nasional sekaligus melestarikan bahasa dan budaya lokal.
Acara peluncuran bertajuk “Diseminasi Produk Penerjemahan Cerita Anak Dwibahasa Balai Bahasa Provinsi NTT Tahun 2025”.
Kepala Subbagian Umum Balai Bahasa Provinsi NTT Christina Weking, menyampaikan sejak 2016, Balai Bahasa Provinsi NTT telah aktif mendukung Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kini Kemendikbudristek).
Gerakan ini merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Baca juga: Capaian Balai Bahasa Provinsi NTT dalam Pemasyarakatan dan Pelestarian Bahasa dan Sastra
“Buku cerita anak bukan sekadar bacaan hiburan, tetapi sarana pendidikan karakter dan penanaman budi pekerti. Dari tokoh-tokoh dalam cerita, anak-anak belajar tentang kejujuran, kerja keras, toleransi, dan cinta lingkungan,” ujarnya, Senin (27/10).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa buku-buku ini ditulis dengan latar budaya daerah, mengangkat kearifan lokal NTT, serta memperkenalkan nilai-nilai moral dan identitas budaya kepada anak-anak.
Melalui penerbitan ini, anak-anak diharapkan tidak hanya gemar membaca, tetapi juga bangga terhadap budaya dan bahasa daerahnya sendiri.
Buku-buku yang diluncurkan tersebut telah melalui proses panjang mulai dari pemilihan naskah, bimbingan teknis bagi penulis, hingga tahap diseminasi dan penerbitan.
“Peluncuran buku ini merupakan langkah penting dalam menumbuhkan budaya literasi sejak dini sekaligus memperkaya khazanah cerita anak yang berakar pada budaya dan kearifan lokal NTT,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Balai Bahasa juga memberikan apresiasi kepada para penulis, ilustrator, dan seluruh pihak yang berkontribusi dalam penerbitan buku-buku cerita anak ini.
“Karya Bapak/Ibu sekalian menjadi bukti bahwa anak-anak NTT berhak memiliki cerita yang lahir dari tanah dan budaya mereka sendiri,” ujarnya.
Sebagai penutup, pihak Balai Bahasa berharap agar kegiatan ini menjadi awal gerakan literasi yang lebih luas dan berkelanjutan di NTT.
“Mari kita terus menumbuhkan semangat menulis, membaca, dan mencintai budaya lokal demi masa depan anak-anak NTT yang cerdas, kreatif, dan berkarakter,” ujarnya sebelum secara resmi membuka kegiatan tersebut.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.