Lewotobi Erupsi

Biaya Pemulihan Erupsi Lewotobi Capai Rp150 M, Donor ‘Hilang’ Setelah Tanggap Darurat

Yayasan CIS Timor Indonesia bersama Save the Children Indonesia menggelar kegiatan Diseminasi Hasil Studi Pembiayaan Respon.

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/TARI RAHMANIAR ISMAIL
DISEMINASI - Kegiatan diseminasi hasil studi Pembiayaan Respon dan Pemulihan Bencana Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Aula Lantai 2 Hotel Kristal, Jumat (24/10/2025).  

Laporan Teporter POS-KUPANG.COM, Tari Rahmaniar Ismail

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Yayasan CIS Timor Indonesia bersama Save the Children Indonesia menggelar kegiatan Diseminasi Hasil Studi Pembiayaan Respon dan Pemulihan Bencana Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Aula Lantai 2 Hotel Kristal, Jumat (24/10/2025). 

Studi ini mengungkap biaya pemulihan pascabencana erupsi di Flores Timur diperkirakan mencapai Rp150,5 miliar. 

Iqbal Fadrullah, Research & Talent Manager Sivitas Nexus, menjelaskan  selama fase tanggap darurat, bantuan kemanusiaan datang cukup besar, namun drastis menurun saat memasuki masa pemulihan.

“Kita melihat pola yang sama di banyak bencana: respon cepat itu selalu ramai-ramai dibantu, tetapi begitu masuk ke pemulihan, semuanya perlahan hilang. Padahal justru fase pemulihan ini sangat menentukan kehidupan masyarakat dalam jangka panjang,” ujar Iqbal, Jumat (24/10). 

Ia mengingatkan, biaya yang dikeluarkan saat respon bencana tidak boleh hanya dilihat sebagai pengeluaran barang bantuan, tetapi sebagai investasi untuk mencegah kerentanan baru dan kerusakan lebih besar.

“Yang penting bukan apa yang diberikan, tetapi apa yang berhasil dicegah dan diselamatkan,” ujarnya.

Temuan studi menunjukkan, pada masa tanggap darurat erupsi, terdapat 5 donor yang mendukung berbagai aktivitas bantuan. Dukungan terbesar difokuskan pada kesehatan, kebersihan, pangan, dan kebutuhan kelompok rentan. 

Beberapa intervensi yang paling banyak menyerap biaya antara lain distribusi hygiene kit, dignity kit, makanan bergizi, hingga air bersih.

Sebagai gambaran, dengan anggaran sekitar Rp118,6 juta, bantuan dapat menjangkau 100 keluarga/individu terdampak melalui delapan jenis dukungan utama, seperti hygiene kit, shelter kit, makanan segar bergizi, hingga air bersih.

Berbanding terbalik dengan masa tanggap darurat, pada fase pra pemulihan justru hanya terdapat 2 donor yang memberikan dukungan. 

Padahal tahap ini mencakup kebutuhan penting seperti penyediaan tempat tinggal sementara, dukungan psikososial anak, sosialisasi kesehatan, hingga peningkatan kapasitas masyarakat. 

Reza Galih Renaldi, Research Associate Sivitas Nexus menekankan bahwa situasi ini berbahaya jika dibiarkan.

“Kalau fase tanggap darurat ini diibaratkan menolong korban keluar dari bahaya, maka fase pemulihan itu memastikan mereka bisa berdiri kembali. Ketika dukungan berhenti di tengah jalan, masyarakat rentan kembali jatuh pada kemiskinan dan kerentanan baru,” ungkap Reza.

Ia menambahkan, banyak pihak menganggap pemulihan hanya soal membangun infrastruktur, padahal mencakup pemulihan ekonomi keluarga, pendidikan anak, kesehatan mental, hingga perlindungan perempuan dan anak.

Studi juga memetakan kebutuhan anggaran pemulihan lintas sektor yang mencapai Rp150,5 miliar, mulai dari perumahan, pendidikan, kesehatan, sosial, pemerintahan, infrastruktur, hingga mata pencaharian. 

Porsi terbesar anggaran dibutuhkan pada sektor mata pencaharian karena masyarakat kehilangan kebun, lahan, ternak, dan akses pasar.

Mirisnya, kemampuan fiskal daerah dinilai belum memadai. PAD Flores Timur tahun 2025 (per Oktober) hanya dapat menutupi sekitar 23 persen dari total kebutuhan pemulihan, sementara dukungan donor sudah berhenti setelah masa tanggap darurat. 

Iqbal menegaskan pemulihan tidak bisa dibebankan pada satu pihak saja. Pemerintah pusat, daerah, dunia usaha, lembaga swadaya, hingga organisasi keagamaan perlu mengambil peran sesuai kapasitas.

Reza menambahkan, ruang partisipasi bagi banyak pihak masih sangat terbuka.

“Pemulihan bukan tentang melakukan semuanya sekaligus. Tapi tentang melakukan sesuatu yang berarti, pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dengan pihak yang tepat,” ujarnya.

Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi dan ajakan agar berbagai pemangku kepentingan segera menyusun langkah kolaboratif pemulihan Lewotobi dengan keberpihakan pada masyarakat terdampak, terutama kelompok rentan. (Iar) 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved