Lewotobi Erupsi

Siswa Penyintas Lewotobi Flores Timur NTT Ingin Santap Makan Bergizi Gratis

selain menunjang asupan gizi bagi anak-anak penyintas, program Presiden Prabowo Subianto itu dapat memotivasi siswa agar semakin rajin ke sekolah

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
PENYINTAS - Siswa/siswi penyintas erupsi Gunung Lewotobi sedang mengukuti pelajaran di kelas darurat, Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Rabu, 12 November 2025. 
Ringkasan Berita:
  • Seorang siswa kelas V SDI Jongwolor bernama Adit Iri (11) mengaku ingin menyantap Makan Bergizi Gratis
  • Adit merupakan siswa penyintas Lewotobi yang berasal dari latar keluarga ekonomi menengah ke bawah
  • Adit menilai program MBG dapat meringankan beban orangtua yang hidup dalam kesusahan di pengungsian

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Para siswa penyintas korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, NTT, ingin menyantap menu Makan Bergizi Gratis atau MBG.

Para pelajar yang jumlahnya lebih dari 1.000 jiwa dari jenjang TKK, SD, SMP, dan SMA itu meninggalkan sekolah asalnya di kawasan risiko bencana ke Desa Konga, Kecamatan Titehena.

Adit Iri (11), siswa kelas V SDI Jongwolor, mengutarakan keinginannya menikmati MBG. Sebagai anak dari latar keluarga ekonomi kelas menengah ke bawah, Adit menilai program MBG dapat meringankan beban orangtua yang hidup dalam kesusahan di pengungsian.

"Senang. Semoga cepat ada (MBG)," ujarnya di ruangan kelas. Adit bersama siswa mengikuti pembelajaran dengan ceria, Rabu (12/11/25).

Baca juga: Jasa Bripka Ipong, Polisi Penyintas Berdikasi di Medan Erupsi Lewotobi Flores Timur

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SDI Jongwolor, Hermanus Pajiama Manuk (39), menaruh harapan besar agar MBG bisa segera masuk untuk dinikmati siswa/siswi korban erupsi.

Menurutnya, selain menunjang asupan gizi bagi anak-anak penyintas, program ikhtiar Presiden Prabowo Subianto itu dapat memotivasi siswa agar semakin rajin ke sekolah.

"Besar harapan kami agar MBG bisa masuk ke sekolah-sekolah di pengungsian. Ini juga bisa buat anak-anak semakin rajin ke sekolah," ujar Hermanus.

Warga sekolah selama ini mengetahui MBG lewat layar ponsel. Kendati banyak informasi terkait siswa yang keracunan, Hermanus yakin tidak akan terjadi insiden serupa asalkan pihak pengelola mengatur menu makan dengan baik.

"Pada prinsipnya, dan menjadi harapan kita semua, MBG ini harus dikemas dengan baik karena dikonsumsi anak-anak. Di sini ini kan korban bencana, jadi harapannya jangan ada bencana lain lagi," pungkasnya.

Hermanus bersama warga sekolah direlokasi sementara ke Desa Konga. Guru dan siswa kini memanfaatkan 6 rombongan belajar (Rombel) dan satu ruang guru. Ruangan berbahan dasar bambu itu dibangun atas bantuan dari Yayasan Cakra Abhipraya Responsif. 

"Ada dua sekolah yang gunakan tempat ini, SDI Jongwolor dan SDK Kemiri," paparnya.

Di sana belum disediakan kantin. Tepat pukul 12.00 Wita, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berakhir. Beberapa siswa yang tak tahan lapar sebelum siang selalu membawa bekal pisang atau singkong goreng untuk disantap saat jam istirahat. (cbl)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved