NTT Terkini 

Ketika Sirine Berbunyi di Kampung Tou Ndao: Warga Belajar Bertindak Cepat Hadapi Cuaca Ekstrem

Beberapa ibu hamil dipapah keluar rumah, sementara korban luka ringan ditangani di tenda medis darurat yang telah disiapkan.

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO - DOKUMENTASI SIAP SIAGA NTT
RENCANA KONTIJENSI - Pemerintah Kabupaten Rote-Ndao bersama Program SIAP SIAGA NTT menggelar gladi lapangan Rencana Kontinjensi Cuaca Ekstrem, sebuah simulasi untuk menguji sejauh mana kesiapan masyarakat ketika ancaman cuaca buruk benar-benar datang. 

“Pengalaman Seroja membuka mata kita semua tentang pentingnya kesiapan menghadapi bencana. Tak seorang pun tahu kapan bencana datang, tapi kita bertanggung jawab untuk mengantisipasinya,” ujarnya.

Senada dengan itu, Pendeta Yanto Balukh menambahkan bahwa banyak warga Jemaat Betania tinggal di kawasan rawan longsor. Saat Seroja melanda, gereja mereka ditunjuk oleh Sinode GMIT sebagai posko pengungsian untuk seluruh masyarakat Namodale.

“Pelayanan kami tidak terbatas bagi warga GMIT saja, tapi juga untuk semua warga sekitar,” katanya.

Dari sisi teknis, Yeheskiel M. Nalle, SH, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Rote Ndao, menjelaskan bahwa simulasi seperti ini sangat membantu masyarakat menghadapi situasi nyata.

“Mereka yang pernah berlatih tidak akan mudah panik. Kepanikan justru memperburuk keadaan dan memperbesar risiko. Panik bisa membunuh kita lebih cepat daripada bencana itu sendiri,” ujarnya.

Ia menambahkan, kegiatan ini akan dilakukan secara berkala untuk menurunkan indeks risiko bencana di Rote Ndao.

“Kalau masyarakat terbiasa berlatih, mereka akan tangguh menghadapi bencana,” katanya.

Ketua Forum Disabilitas Rote Ndao, Aloysius Owon (45), juga mengapresiasi pelaksanaan simulasi kali ini.

“Kalau sebelumnya kurang serius, sekarang semuanya tampak terkoordinasi dan lebih detail. Peserta pun lebih menghayati perannya,” ungkapnya.

Di Namodale terdapat sekitar dua puluh penyandang disabilitas dari berbagai ragam. Menurut Aloysius, data mereka kini diperbarui secara berkala untuk memudahkan relawan menemukan mereka bila terjadi bencana.

“Sudah ada peta posisi teman-teman disabilitas, jadi relawan tidak sulit menemukan mereka. Tapi data ini harus terus diperbarui,” ujarnya.

Menjelang siang, setelah pengarahan dan doa bersama, warga Tou Ndao pulang dengan wajah lega — membawa satu pelajaran penting: bahwa kesiapsiagaan bukan urusan pemerintah semata, melainkan tanggung jawab bersama.

“Latihan seperti ini mengingatkan kita bahwa bencana bukan hal yang jauh. Kalau kita siaga, korban bisa dicegah dan dampaknya bisa dikurangi,” kata Mama Maria Leba menutup hari itu. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved