NTT Terkini
Ketika Sirine Berbunyi di Kampung Tou Ndao: Warga Belajar Bertindak Cepat Hadapi Cuaca Ekstrem
Beberapa ibu hamil dipapah keluar rumah, sementara korban luka ringan ditangani di tenda medis darurat yang telah disiapkan.
POS-KUPANG.COM - Begitu suara sirine menggema di udara, Mama Maria Leba (49) buru-buru menggandeng tangan anaknya menuju sebuah lapangan tak jauh dari rumahnya.
Di sana, puluhan warga sudah berkumpul. Aparat kelurahan dan petugas berseragam sibuk mencatat nama, sementara tenaga kesehatan memeriksa kondisi warga lanjut usia.
Pagi itu, Kamis (16/10), suasana di RT 07, 08, 09, dan 10 Kelurahan Namodale, jantung Kota Ba’a, berubah menjadi “lapangan latihan” menghadapi cuaca ekstrem.
Pemerintah Kabupaten Rote Ndao bersama Program SIAP SIAGA NTT menggelar gladi lapangan Rencana Kontinjensi Cuaca Ekstrem — sebuah simulasi untuk menguji sejauh mana kesiapan masyarakat ketika ancaman cuaca buruk benar-benar datang.
Dalam simulasi tersebut, warga keempat RT terpadat pendudukanya di Kelurahan Namodale ini berlatih menghadapi skenario hujan deras dan angin kencang yang menyebabkan genangan air, kerusakan rumah, dan gangguan listrik.
Baca juga: Basarnas Kupang Latih Personel Penanganan SAR Gunung dan Hutan
“Beta baru tahu, ternyata tanda sirine itu artinya kita harus segera ke titik kumpul,” ujar Mama Yohana sambil tersenyum lega.
Suara sirine dari pengeras suara terus meraung di sudut-sudut kampung. Di sisi lain, para staf kelurahan dan para petugas BPBD membantu proses evakuasi sambil berkoordinasi dengan berbagai instansi.
Mereka mencatat waktu respons, kesiapan logistik, serta kemampuan tim medis menangani situasi darurat.
Dua penyandang disabilitas terlihat mendapat bantuan petugas.
Beberapa ibu hamil dipapah keluar rumah, sementara korban luka ringan ditangani di tenda medis darurat yang telah disiapkan.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Rote Ndao, Janwes N.H. Nauk, S.STP, kegiatan seperti ini menjadi cara terbaik untuk memastikan bahwa rencana di atas kertas benar-benar dapat diterapkan di lapangan.
“Rencana kontinjensi ini hasil kerja bersama banyak pihak, tapi yang paling penting adalah bagaimana warga memahaminya. Gladi lapangan seperti ini membantu kita mengukur apa yang sudah siap dan apa yang masih perlu diperbaiki,” ujarnya.
Lurah Namodale, Agustinus Ndolu, SE, menjelaskan alasan dipilihnya RT 07 sampai RT 10 sebagai lokasi simulasi karena wilayah ini berada di dekat hulu sungai dan pesisir pantai — kawasan yang hampir setiap tahun menjadi langganan banjir maupun banjir rob.
Kelurahan Namodale memiliki 13 RT, dan sekitar separuh penduduknya tinggal di area yang menjadi lokasi simulasi. Kampung nelayan Tou Ndao ini juga dikenal dengan kerajinan tenun ikat yang dikerjakan para perempuan, sementara kaum laki-laki kebanyakan bekerja sebagai nelayan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/demo-sar.jpg)