NTT Terkini

Pemberdayaan Perempuan Kampung Bonen Lewat Modul Tenun Berbasis Kearifan Lokal

kegiatan ini lahir dari kepedulian terhadap tradisi menenun yang mulai ditinggalkan generasi muda di Kampung Bonen. 

Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/HO
PKM UNWIRA - Program pengabdian masyarakat bertajuk “Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Kampung Bonen melalui Modul Tenun Berbasis Kearifan Lokal” digelar di Kampung Bonen, Desa Baumata, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang. 

Lebih dari itu, Yuliana berharap keterlibatan anak-anak akan menghidupkan kembali semangat menenun di kalangan generasi muda. “Kami bangga melihat anak-anak mulai duduk di alat tenun. Dulu mereka hanya main handphone, sekarang mereka mulai tertarik belajar menenun,” katanya.

Meryani juga menekankan bahwa program ini mendukung prinsip ekonomi hijau. “Kami menggunakan pewarna alami dan bahan lokal untuk menjaga lingkungan. Jadi selain melestarikan budaya, kami juga mengajarkan cara produksi ramah lingkungan,” ujarnya.

Keberadaan Yayasan Ume Halan sebagai mitra utama dinilai sangat penting. Yayasan ini menyediakan ruang belajar bernama Rumah Belajar Berkelanjutan yang hampir rampung dibangun dan akan diresmikan pada April 2025.

“Rumah belajar ini akan menjadi pusat pelatihan tenun, pembelajaran anak, sekaligus kantor pengelola Yayasan Ume Halan. Jadi keberlanjutan program bisa terjamin,” jelas Meryani.

Program ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan pengentasan kemiskinan dan kesetaraan gender. Perempuan tidak lagi hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga subjek utama penggerak budaya dan ekonomi.

Yuliana menambahkan, dengan adanya program ini, kelompok tenun Pasuklo mulai memikirkan pemasaran produk. “Kami ingin hasil tenun kami tidak hanya dipakai di desa, tapi bisa dijual lebih luas. Dengan kualitas yang makin baik, kami yakin bisa bersaing,” ujarnya.

Pelaksanaan kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari warga setempat. Orang tua siswa merasa bangga anak-anak mereka bisa belajar keterampilan tradisional yang bernilai ekonomi sekaligus budaya.

Meryani berharap, modul ini bisa terus digunakan bahkan setelah program selesai.

“Kami ingin komunitas bisa mengembangkan modul sendiri, dan tetap melanjutkan pelatihan tanpa harus menunggu program baru,” tutupnya.

Kegiatan pengabdian ini menjadi bukti nyata kolaborasi antara perguruan tinggi, komunitas lokal, dan yayasan masyarakat sipil dalam menjaga warisan budaya sekaligus mendorong pemberdayaan perempuan. Dengan semangat gotong royong, Kampung Bonen kini menata langkah baru: menjaga tradisi sekaligus membuka jalan menuju kemandirian ekonomi yang berkelanjutan. (*)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved