Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 5 November 2025, "Menjadi Murid Yesus yang Sejati"

Dalam Injil Lukas (14: 25-33) Hari ini Yesus menegaskan ada tiga tuntutan yang harus dipenuhi agar kita menjadi murid-Nya yang sejati.

Editor: Eflin Rote
Dok. POS-KUPANG.COM
RP. John Lewar SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik 

Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar, SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Rabu, 5 November 2025
Hari Biasa Pekan XXXI
Rm. 13:8-10; Mzm. 112:1-2,4-5,9; Luk. 14:25-33
Warna Liturgi: Hijau

Menjadi Murid Yesus yang Sejati

Orang-orang Kristen mengaku diri sebagai pengikut Kristus. Namun, untuk menjadi murid Yesus yang sejati tidaklah sesederhana menerima pembaptisan saat kanak-kanak, atau lulus masa katekumenat lalu menerima pembaptisan dan krisma. Tidak otomatis pula orang yang taat dengan tradisi kekatolikan – seperti mengikuti perayaan Ekaristi, aktif dalam kegiatan Gereja, dan tekun membaca Kitab Suci – sudah menjadi murid Yesus yang sejati.

Dalam Injil Lukas (14: 25-33) Hari ini Yesus menegaskan ada tiga tuntutan yang harus dipenuhi agar kita menjadi murid-Nya yang sejati.

Pertama, Keberanian untuk lepas dari ikatan kekeluargaan. Ia berkata, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk 14:26).

Tentu saja Yesus tidak bermaksud menghapus perintah Allah yang ke-4 yakni hormatilah ayah dan ibumu, tetapi di sini Yesus menekankan pentingnya seorang murid memiliki komitmen untuk mengikutinya dengan sepenuh hati bukan setengah hati.

Pengikut yang sepenuh hati itu tidak akan memperhatikan ikatan manusiawi seperti kekerabatan sampai pada tingkat yang lebih tinggi yakni kehilangan nyawa demi Yesus Kristus.

Jadi relasi kekerabatan itu tetap ada tetapi janganlah itu menjadi utama sehingga menghalangi relasi ilahi dengan Tuhan dan KerajaanNya. Di sini, seorang murid dituntut untuk berani mengutamakan Yesus, sang Guru, daripada keluarga, bahkan dirinya sendiri.

Kedua, Keberanian untuk serupa dengan Yesus tersalib. Ia berkata, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk 14:27).

Perkataan ini sudah diungkapkan Yesus sebelumnya: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku.” (Luk 9:23). Aneka penderitaan sebagai konsekuensi mengikuti Yesus mesti kita tanggung bila kita hendak menjadi murid-Nya yang sejati.

Pasangan suami-istri harus berjuang mewujudkan janji setia yang mereka ikrarkan di hari perkawinan; para pegawai mungkin diasingkan di tempat kerja, bukan karena mereka tidak kompeten, melainkan karena mereka
mau konsisten dengan nilai-nilai yang diajarkan Yesus.

Perlu dicatat bahwa banyak orang mau mengikuti Yesus ketika Ia dimuliakan, tetapi kemudian segera meninggalkan Dia dalam perjalanan menuju Kalvari. 

Ketiga, Keberanian untuk memiliki sikap lepas bebas terhadap harta duniawi. Ia berkata, “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk 14:33).

Untuk menjadi muridNya, Yesus menghendaki supaya orang memiliki sikap lepas bebas terhadap harta yang fana di dunia. Yesus sudah mengetahui titik kelemahan para muridNya karena di mana hartanya berada, hati mereka juga ada di sana (Mat 6:21).

Ketiga syarat untuk menjadi murid Yesus ini masih aktual hingga saat ini. Banyak orang tidak berani melayani Yesus di dalam pelayanan-pelayanan Gereja karena tidak diijinkan oleh keluarga: anak tidak diijinkan orang tua, suami dan istri tidak saling mengijinkan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved