Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 26 Oktober 2025, 'Pamer atau Rendah Hati'

Orang baik, rendah hati dan tulus tidak gampang kita temukan dalam realita hidup yang sesungguhnya. Banyak orang berusaha untuk berbuat baik

Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO
Pater Fransiskus Funan Banusu SVD 

Oleh : Pater Fransiskus Funan Banusu SVD

POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik Minggu 26 Oktober 2025 dari Pater Fransiskus Funan Banusu SVD merujuk pada Bacaan I : Sir 35:12-14.16-18; Mzm 34:2-3.17-18.19.23; 2Tim 4:6-8.16-18; dan Injil  Lukas : 18:9-14.

"Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini." (Luk 18:13).

Orang baik, rendah hati dan tulus tidak gampang kita temukan dalam realita hidup yang sesungguhnya. Banyak orang berusaha untuk berbuat baik. 

Ada orang yang suka menolong. Ada yang membantu dengan penuh kekuatan. Pendasaran niat yang mau digapai dari ekspresi kebaikan kepada sesama itulah yang penting. 

Jika Tuhan lebih dulu mengasihi, membantu dan menolong kita, maka aksi balas jasa Tuhan dengan berbuat sesuatu yang baik kepada sesama adalah mulia dan berkenan di hati Tuhan. 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 26 Oktober 2025, Ya Allah, Kasihanilah Aku orang Berdosa Ini

Dengan demikian kita menghindari sikap tuntut atau tuding Tuhan yang tidak berpihak pada kita ketika ada malapetaka. 

Motivasi balas jasa kebaikan Tuhan juga menolong kita untuk tidak pamer di hadapan-Nya bahwa kita lebih dari orang lain. Injil menampilkan dua hati, dua doa. Doa orang sombong dengan niat untuk pamer keunggulan hidup rohani dan kebaikannya di hadapan Tuhan. 

Ia lapor kepada Allah bahwa ia tidak berbuat dosa seperti pemungut cukai. Hidup rohani dan praktek keagamaannya luar biasa. Dalam  ketaksadarannya ia mau bilaang bahwa ia tidak butuh Tuhan lagi karena hidupnya sudah sempurna. 

Padahal ketika merendahkan sesama, tidak hanya orang itu yang kita hina melainkan Allah yang menciptakan kita pun turut dihina. Sikap ini sangat fatal di mata Tuhan. 

Pertanyaan kita, apakah yang mau dibanggakan oleh si Farisi yang merasa diri suci, suka membantu orang lain, namun menghina sesamanya? 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 25 Oktober 2025, "Bertobat dan Berharap"

Dalam diri orang sombong sulit ditemukan sikap rendah hati yang pantas untuk penelitian diri yang layak demi pemulihan cara hidup yang berkualitas. Laporan keunggulan hidup, baik spiritual maupun sosial si Farisi pada dasarnya hanya untuk membungkus kepalsuan batinnya. 

Menghindari atau menutupi kenyataan kelemahan manusiawi adalah sikap yang tak pantas di hadapan Tuhan bahkan menurut Yesus adalah sikap yang tidak dibenarkan oleh Allah. Dua hati dua doa. Pemungut cukai. Ia menyadari diri sebagai orang yang tidak pantas. 

Ia insyaf akan keburukkan dan kejahatan yang telah ia perbuat kepada sesamanya. Ketika berdoa ia berdiri jauh-jauh - ambil jarak (tak mendekati Tuhan), tidak berani menengadah - ia merasa diri tak layak, ia menebah dada - yakin sebagai orang berdosa, lalu ia mengungkapkan rasa sesal dan tobat sejati di hadapan Tuhan. 

Ia berdoa dengan rendah hati dan tulus. "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini." Permohonan pengampunan atas dosa-dosanya diterima oleh Allah. 

Yesus tandaskan dengan tegas bahwa ia pulang ke rumah sebagai orang yang dibenarkan  Allah, sedangkan orang lain itu tidak. 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 25 Oktober 2025, "Bertobat untuk Berubah dan Berbuah Dalam Kasih"

Manusia sama di mata Tuhan. "Tuhan adalah Hakim yang tidak memihak." (Sir 35:12). Tuhan tidak memihak orang miskin. 

Tetapi orang-orang kecil, sederhana, orang-orang yang mengandalkan Tuhan (yatim piatu, para janda dan orang miskin) sangat diperhatikan oleh Allah. Jeritan nurani mereka yang bening tak diabaikan oleh Tuhan. 

Dan doa orang miskin menembus awan. Tuhan berpihak pada mereka sebab mereka tidak hanya dihina dan diremehkan dalam pertarungan hidup, mereka juga amat sangat rentan terhadap aneka kejahatan. 
Tangisan hati dan jeritan batin yang terluka dalam doa, mujarab di depan Tuhan. 

Meskipun manusia jahat dan suka membuat susah sesamanya, Tuhan tetap memberi kesempatan untuk bertobat dan memulihkan diri di hadapan-Nya yang kudus. 

Dosa pasti melukai jiwa, namum Tuhan menyiapkan ruang untuk pemyembuhan dan pemulihan. Ruang yang Tuhan siapkan adalah doa. 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 24 Oktober 2025, "Peka akan Tanda-tanda Kehadiran Tuhan"

Melalui doa jiwa sembuh, dan relasi yang retak dengan Tuhan dan sesama dipulihkan kembali. 

Tuhan tidak peduli dengan kejahatan dan dosa manusia yang banyak. Tuhan solider dengan kondisi keberdosaan kita. Tuhan mendengarkan doa hamba-Nya yang berdosa. 

Oleh belas kasih Tuhan yang tak terhitung ini, kita manfaatkan dengan kerendahan hati yang tulus, berdoa memohon pengampunan kudus-Nya dengan tiada henti menebah dada sambil berujar, "Tuhan kasihanilah aku orang berdosa ini." 

Tuhan rahim terhadap manusia, walau ia berdosa. Maka Pemazmur berseru dalam madahnya, "Tuhan dekat dengan orang yang patah hati, Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Tuhan membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya, dan semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman." (Mzm 34:19.23).

Santo Paulus tidak hanya berlindung pada Tuhan, tetapi mengandalkan Dia dalam seluruh hidup dan karya pelayanannya sebagai pewarta Injil yang handal. Ketika kematiannya semakin mendekat, ia berbagi pengalaman hidup. 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 23 Oktober 2025, "Api Ilahi Kristus: Memusnahkan Iman yang Palsu"

Dalam tugas kerasulan sebagai hamba Injil, ia menyamakan diri sebagai seorang atlet olahragawan yang profesional. Ia mengaku bertanding dengan baik dan telah mencapai garis akhir dan telah memelihara iman. 

Ia bertandingan dalam perjuangan yang keras hingga titik darah yang terakhir. Tuhan telah menyediakan baginya mahkota kebenaran. "Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk dalam Kerajaan-Nya di Surga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin." (2Tim 4:18). 

Tuhan baik. Ia menanti kita bawa sesal atas dosa dan tobat sejati di hadapan-Nya. Tuhan siap pulihkan kita untuk masa depan yang baik. Kita tetap mawas diri. Hindari kemunafikkan si Farisi. 

Kita sering terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani dan bakti gereja serta sosial. Semoga kita makin rendah hati dan tidak membandingkan diri dengan sesama yang tidak aktif. 

Hendaknya kita tidak menjadi Farisi di kombas dan lingkungan melainkan menjadi si pemungut cukai yang tetap menyadari kerapuhan kita. 

Tetap giat seperti Paulus dalam pertandingan hidup hingga menggapai mahkota kebenaran dalam Kerajaan Allah. Orang beriman yang rendah hati dan tulus selalu berkenan dan dibenarkan oleh Allah.

Selamat Hari Minggu. Tuhan berkatimu semua. (RP. FF. Arso Kota, Minggu/Pekan Biasa XXX/C/I, 261025).(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved