Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 23 Oktober 2025, "Api Ilahi Kristus: Memusnahkan Iman yang Palsu"

Tegangan pasti terjadi. Pertentangan dan konflik tak mungkin dihindari. Pengorbanan dibutuhkan dalam memurnikan pilihan kita.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Pater Fransiskus Funan Banusu SVD 

Renungan Harian Katolik
Kamis, 23 Oktober 2025
Oleh: Pater Fransiskus Funan Banusu SVD
API ILAHI KRISTUS: MEMUSNAHKAN IMAN YANG PALSU DAN MEMURNIKAN IMAN YANG SEJATI
(Rm 6:19-23; Mzm 1:1-4.6; Luk 12:49-53)

"Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala." (Luk 12:49)

Manusia sering hidup dalam tegangan tantangan dan pertentangan. Mulai dari hal-hal yang biasa hingga hal-hal yang luar biasa. Tantangan dan pertentangan dari hal-hal duniawi sampai hal-hal spiritual. Konflik internal sering menyerang batin seseorang bahkan mendesaknya untuk menentukan pilihan.

Keragu-keraguan menghantui ketika ada kebimbangan untuk menentukan pilihan. Ada adegium yang mengatakan ketika ragu-ragu atau bimbang sebaiknya jangan mengambil keputusan. Untuk urusan keselamatan orang mesti memiliki referensi iman yang pasti dan konsisten menjalankannya dalam hidup. Iman tidak bisa dipisahkan dari cara hidup.

Dalam cara hidup seorang beriman, aspek moral dan spiritual tidak bisa diabaikan. Yesus datang bawa api karena dunia ini tidak bisa lepas bebas dari kegelapan dosa. Api yang Yesus bawa dan lemparkan ke dalam dunia adalah api ilahi untuk memberi terang dalam kegelapan. Api ini ada untuk memurnikan kebenaran demi kedamaian sejati dalam hidup manusia.

Karena itu api cinta kasih ini dibutuhkan untuk membantu kita membedakan mana yang baik dan buruk. Dengan cahaya api ini kita melihat dengan jelas dan bisa memastikan mana yang asli, dan mana yang palsu, mana yang benar dan mana yang salah. Menentukan pilihan untuk sebuah kebenaran bukanlah hal yang mudah. 

Tegangan pasti terjadi. Pertentangan dan konflik tak mungkin dihindari. Pengorbanan dibutuhkan dalam memurnikan pilihan kita.

Menerima yang satu dan yang lain harus dilepaskan. Sebagai pengikut Kristus dalam dunia yang makin gelap di masa kini, api ilahi harus selalu menyala dalam hati untuk mengobarkan api cinta kasih tetap bercahaya dalam  hidup melalui tindakan kasih yang tak pernah redup oleh godaan apa pun. Api persatuan sejati harus dikobarkan agar harmoni hidup bersama terjamin dan dipandu oleh  spirit cinta kasih.

Dengan demikian arus besar kepentingan individu dan kelompok  yang cenderung mengalir deras dari waktu ke waktu bisa dibendung dan harapan kebaikan individu dan bersama dapat terwujud. Namun usaha sejati untuk menggapai kebenaran sejati memerlukan pengorbanan.

Siapa yang bisa berkorban menjadi hamba kebenaran? Santo Paulus dengan tegas membedakan hamba dosa dan hamba Allah.

Ganjaran hamba dosa adalah rasa malu dan kematian. Pahala hamba Allah adalah pengudusan diri dan kehidupan kekal.

"Upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Rm 6:23). Pemazmur bermadah, "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang jahat, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencenooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya." (Mzm 1:1-2).

Pencobaan pasti ada, namun kita mesti bertahan  dalam kesabaran dan mengatasinya dengan kasih. Pengikut Kristus siapa pun dia, tugas utamanya melayani Kristus dengan jujur dan benar, dan berani melawan kuasa dosa (hindari cara kerja manipulatif untuk kepentingan diri).

Tegas menentu pilihan untuk hidup seajati atau kebinasaan kelak. Kita ambil sikap terus membawa api ilahi Tuhan Yesus untuk menyuluh jalan hidup ini hingga keabadian.

Selamat beraktivitas hari ini. Tuhan berkatimu semua. (RP. FF. Arso Kota, Kamis/Pekan Biasa XXIX/C/I, 231025)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved