Cerpen

Cerpen: Di Ujung Ingatan

Bagaimana kami bisa belajar dari luka, bila luka itu ditutup kain putih dan diberi nama baru yang lebih manis?

Editor: Dion DB Putra

Kami lalu berpamitan, membawa segudang pertanyaan tanpa jawab. Aku bergegas ke rumahku, dan segera masuk ke kamar dan mengambil diaryku dan mulai menulis.

Dear God

Apa yang terjadi ketika kenyataan masa lalu berada di ujung ingatan? Apakah kami bisa benar-benar melangkah dengan sempurna di atas keretakan sejarah?

Kami mencoba berjalan, tapi tanah yang kami pijak rapuh—retak oleh penyangkalan, berlubang oleh kebohongan yang diwariskan dengan bangga. 

Setiap langkah seperti menginjak bayangan sendiri, sementara ingatan yang seharusnya menuntun, malah dipaksa memudar perlahan.

Jika masa lalu disapu hingga tak bersisa, bagaimana kami dapat memahami arah pulang?

Bagaimana kami bisa belajar dari luka, bila luka itu ditutup kain putih dan diberi nama baru yang lebih manis?

Di ujung ingatan itu, kami mencari sesuatu yang sering hilang dari lidah manusia: kejujuran.

Dan kami bertanya-tanya—apakah bangsa ini sengaja dibuat lupa, atau kami sendiri yang perlahan menyerah pada kenyamanan lupa? (*)

Simak terus artikel POS-KUPANG.COM di Google News 

 

 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved