Opini

Opini: Memaknai Hari Raya Galungan di Era Kini

Galungan bukan sekadar ritual tahunan, melainkan ajakan untuk senantiasa menyucikan diri dan menegakkan kebenaran.

|
Editor: Sipri Seko
POS-KUPANG.COM/HO
dr. Shinta Widari dan Dr. Dewa Putu Sahadewa 

Terjemahan: "Dharma adalah jalan untuk mencapai alam kebahagiaan (Sorga), layaknya perahu laju yang merupakan alat bagi saudagar-saudagar untuk melintasi Samudra."
Makna: Di tengah "samudra" kehidupan modern yang penuh gejolak, Dharma adalah perahu yang membawa kita menuju keselamatan dan kebahagiaan sejati. Tanpa Dharma, kita akan tenggelam dalam pusaran Adharma.

2. Bhagavad Gita, Bab XII, Sloka 20
Sloka ini menjelaskan ciri-ciri penyembah yang paling dikasihi Tuhan, yang mencerminkan pribadi ber-Dharma:
"Ye tu dhármyámŕtam idaṁ yathoktaṁ paryupásate, śraddadháná mat-paramá bhaktás te 'tīva me priyáh."

Terjemahan: "Mereka yang memuja keabadian dari Dharma ini sebagaimana yang telah Kukatakan, dengan kepercayaan yang mantap dan menjadikan Aku sebagai tujuan tertinggi, para penyembah seperti inilah yang paling Kukasihi."

Makna: Kemenangan Dharma tidak hanya dirayakan dalam upacara, tetapi dalam perilaku sehari-hari yang didasari keyakinan teguh dan bakti tulus kepada Tuhan. Inilah esensi dari perayaan Galungan.

Galungan di era kini adalah momentum untuk berinstrospeksi, mengendalikan gawai dan pikiran, serta memastikan bahwa setiap tindakan kita—baik di dunia nyata maupun dunia maya—adalah perwujudan sejati dari kemenangan Dharma di atas Adharma. *

Penyusun:

dr. Shinta Widari, SpKJ K, MARS

Dr. dr. Dewa Putu Sahadewa, SpOGK

 

Baca berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE.NEWS

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved