Oleh Dr Deford Nasareno Lakapu MM
Jaring Pengaman yang Robek: Mengapa HIV-AIDS Meluas di Kota Kupang?
Ketika generasi mudanya tidak lagi merasa aman, maka yang robek bukan hanya jaring sosial itu sendiri, tetapi masa depan kota ini.
POS-KUPANG.COM - Data terbaru yang dirilis KPAD Kota Kupang pada September 2025 menghadirkan kenyataan yang mengguncang nurani publik. Kota yang setiap hari kita banggakan sebagai rumah bersama ini kini mencatat 2.539 warga yang hidup dengan HIV/AIDS, dan angkanya terus bertambah. Namun dari seluruh fakta tersebut, satu angka justru paling menyayat: 254 di antaranya adalah pelajar dan mahasiswa, jumlah yang bahkan melampaui pekerja seks komersial (203 kasus).
Ini bukan sekadar statistik; ini adalah sinyal keras bahwa jaring pengaman sosial yang seharusnya menjaga anak muda kita mulai robek di banyak sisi. Temuan KPAD tentang praktik prostitusi antar-pelajar SMP, dilakukan tanpa pengaman dan berlangsung dari satu ruangan sunyi ke ruangan lain, menunjukkan bahwa kita sedang menyaksikan gejala yang jauh lebih serius daripada sekadar “kenakalan remaja”. Ini adalah potret sebuah generasi yang sedang mencari arah di tengah dunia yang bergerak terlalu cepat, sementara nilai-nilai yang dulu memandu mereka mulai melemah.
Banyak keluarga di Kota Kupang kini hidup dalam tekanan sosial dan ekonomi yang tidak selalu tampak dari luar. Meski data KPAD tidak merinci faktor keluarga secara spesifik, dinamika sosial di kota ini menunjukkan bahwa banyak remaja tumbuh dengan pendampingan emosional yang terbatas. Dalam situasi seperti ini, anak-anak sering mencari jawaban di ruang-ruang yang salah pada percakapan digital, hubungan pertemanan yang tidak stabil, atau lingkungan yang tidak memiliki batas nilai yang jelas. Kekosongan pendampingan inilah yang perlahan memperlemah daya tahan remaja terhadap tekanan sebaya dan meningkatkan risiko mereka terjebak dalam perilaku berisiko.
Sekolah, yang selama ini dianggap sebagai benteng kedua setelah keluarga, juga menghadapi tantangan yang tidak kecil. Seruan Wali Kota Kupang Christian Widodo agar sekolah memperkuat edukasi HIV/AIDS merupakan langkah penting, namun implementasinya di lapangan belum sepenuhnya merata. Pendidikan seks yang ilmiah masih dianggap tabu, sensitif, bahkan berbahaya jika dibicarakan secara terbuka. Guru merasa tidak cukup dibekali pengetahuan, sementara orang tua khawatir pembahasan ini “merusak kepolosan anak”. Akibatnya, ruang-ruang pengetahuan yang seharusnya menjadi tempat anak menemukan jawaban justru dibiarkan kosong, dan kekosongan itu segera diisi oleh rumor, desas-desus, dan konten digital yang tak melewati filter nilai.
Dari sudut pandang manajemen risiko, situasi HIV di Kota Kupang menggambarkan tiga kelemahan mendasar. Pertama, deteksi dini yang lemah, karena kita sering tidak mengetahui pola perilaku berisiko remaja hingga masalah muncul ke permukaan. Kedua, mitigasi yang tidak konsisten, karena program edukasi sering kali bersifat seremonial dan tidak menyasar kelompok paling rentan. Ketiga, sistem proteksi sosial yang belum terintegrasi, karena belum ada mekanisme bersama antara keluarga, sekolah, pemerintah, gereja, dan komunitas untuk memetakan risiko dan merespons secara kolektif.
Padahal, Kupang memiliki sebuah fondasi filosofis yang sangat kuat melalui semboyan Lil Au Nol Dael Banan diartikan dengan “Bangunlah aku dengan hati yang tulus.” Jika ditarik ke dalam konteks epidemiologi sosial, semboyan ini menyampaikan pesan yang sangat relevan: bahwa penyelesaian persoalan HIV bukan hanya soal angka, tetapi soal ketulusan memahami manusia. Bahwa kebijakan kesehatan publik seharusnya tidak dibangun atas dasar ketakutan, melainkan atas dasar solidaritas, empati, dan keberanian untuk melihat realitas apa adanya.
Ketulusan yang dimaksud di sini bukanlah sekadar rasa iba, tetapi energi moral yang mendorong kita untuk memastikan bahwa tidak ada remaja yang berjalan sendirian menghadapi tekanan hidupnya. Ini berarti membangun kota yang tidak menutup mata terhadap tanda-tanda kerentanan, tidak menolak percakapan yang perlu dibicarakan, dan tidak mengasingkan mereka yang terlanjur terinfeksi.
Karena itu, Kupang membutuhkan langkah-langkah yang lebih konkret dan terarah. Pemerintah Kota Kupang perlu membentuk Pusat Layanan Risiko Remaja di setiap kecamatan ruang aman yang menyediakan konseling rahasia, edukasi kesehatan, pendampingan psikologis, hingga jalur rujukan yang cepat dan bersifat non-stigmatis. Tempat seperti ini akan menjadi rumah kedua yang memberi remaja kesempatan untuk mencari bantuan tanpa takut dihakimi.
Sekolah juga harus memberanikan diri mengadopsi kurikulum pendidikan seks berbasis ilmiah yang dirancang dengan sensitifitas budaya. Anak muda harus dibekali pemahaman tentang tubuh mereka, cara kerja reproduksi, risiko penularan, batas diri, dan relasi sehat bukan sekadar larangan atau ancaman. Pemerintah daerah dapat memperkuat langkah ini dengan membangun Risk Heat Map HIV Remaja, yakni peta kerawanan yang memetakan wilayah dan kelompok paling rentan sehingga intervensi dapat dilakukan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
Namun sehebat apa pun program dan kebijakan itu, semuanya tidak akan berarti jika rumah tetap menjadi ruang yang sunyi. Tidak ada kebijakan yang lebih ampuh daripada percakapan lembut seorang ibu kepada anaknya. Tidak ada edukasi yang lebih kuat daripada pelukan orang tua yang hadir ketika anak bingung atau terluka. Pendidikan seks, betapapun ilmiahnya, tetap membutuhkan ruang kehangatan keluarga agar anak merasa aman untuk bertanya dan belajar.
Lil Au Nol Dael Banan mengingatkan kita bahwa ketulusan adalah fondasi bagi setiap proses pemulihan sosial. Ketulusan untuk hadir. Ketulusan untuk mendengar. Ketulusan untuk menegur tanpa menghakimi. Ketulusan untuk mengakui bahwa kita sedang menghadapi masalah besar dan ketulusan untuk bekerja bersama mengatasinya.
Kupang membutuhkan jaring pengaman baru yang lebih kuat, lebih peka, dan lebih manusiawi. Sebab ketika generasi mudanya tidak lagi merasa aman, maka yang robek bukan hanya jaring sosial itu sendiri, tetapi masa depan kota ini. *
Penulis adalah Praktisi dan Ahli Pengembang System Manajemen Risiko
Baca berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE.NEWS
KPAD Kota Kupang
Deford Nasareno Lakapu
Kota Kupang
POS-KUPANG.COM
Wali Kota Kupang Christian Widodo
Lil Au Nol Dael Banan
| 12 Ramalan Zodiak Besok Sabtu 22 November 2025: Taurus Jangan Boros, Leo di Puncak Karier |
|
|---|
| 4 Zodiak Paling Beruntung Besok 22 November 2025: Karier Melesat, Rezeki Berlipat-lipat |
|
|---|
| 4 Shio Paling Beruntung Besok 22 November 2025: Banjir Rezeki dan Cinta, Ada Shio Ayam |
|
|---|
| Ramalan Zodiak Besok 22 November, 6 Yang Beruntung, Sagitarius Jangan Menyerah |
|
|---|
| Promo Alfamart 21 November :JSM Hanya 3 Hari :Migor Harga Terjangkau, Mie Instant |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Deford-N-Lakapu.jpg)