Opini

Opini: Revitalisasi Tapa Kolo dan Tradisi Wae Rasan 

Dalam perspektif antropologi budaya, Tapa Kolo berfungsi sebagai ritual of togetherness yang memperkuat hubungan sosial.

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI PIETER KEMBO
Pieter Kembo 

Model pengelolaan perlu menjamin bahwa peningkatan kunjungan wisata tidak merusak kesakralan ritus.

6. Peran Pemerintah dan Kelembagaan Kebudayaan

Upaya revitalisasi budaya Wae Rasan menuntut sinergi antara masyarakat adat, pemerintah daerah, pemerintah provinsi, lembaga kebudayaan, dan pihak akademik. Bentuk dukungan yang diperlukan meliputi:

1. Penyusunan kebijakan pelestarian budaya berbasis komunitas.

2. Penyelenggaraan festival budaya dan kuliner yang berstandar  profesional.

3. Pembangunan infrastruktur desa wisata berbasis adat.

4. Penguatan kapasitas masyarakat sebagai pengelola wisata.

5. Kolaborasi riset antara akademisi dan masyarakat lokal.

Dalam konteks Manggarai Timur, tokoh-tokoh adat seperti Kanisius Satal, Antonius Torong, Thomas Loma, Melkior Laling, Dominikus Sinduk, Aloysius Rembung, Damianus Raeng, Moses Pedo, dan generasi muda seperti Filemon Daza serta Stanislaus Ndawan, telah memberi kontribusi penting. 

Namun upaya mereka memerlukan dukungan formal agar proses pewarisan budaya dapat berlangsung efektif.

7. Kesimpulan

Tapa Kolo, Ghole Toke, Nareng, Bari Manuk, Danding, dan Melas (Caci) merupakan warisan budaya yang memiliki makna filosofis mendalam serta potensi strategis untuk pembangunan pariwisata berbasis budaya. 

Revitalisasi tradisi ini bukan hanya bentuk pelestarian, tetapi langkah penting dalam memperkuat identitas masyarakat Manggarai Timur.

Pengembangan wisata gastronomi dapat menjadi strategi untuk menjaga keberlanjutan budaya sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat. 

Namun hal ini hanya dapat terwujud melalui sinergi yang kuat antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga kebudayaan.

Budaya tidak berhenti sebagai memori masa lalu; ia adalah fondasi masa depan. 

Pelestarian tradisi Wae Rasan merupakan investasi identitas sekaligus kontribusi penting bagi kebudayaan nasional. (*)

Simak terus artikel POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved