Opini

Opini: Perhatikan Perhatian!

Ada yang sampai stres dan depresi ketika tidak mendapatkan banyak pengakuan dan perhatian digital. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Melki Deni, S. Fil 

Bagi Byung-Chul Han, hubungan dengan yang sakral membutuhkan perenungan yang intens dan perhatian yang mendalam. 

Dengan cara ini, perhatian yang mendalam membangun jembatan dan jalan menuju pengenalan akan Tuhan. 

Dengan demikian, ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang lama, suatu kondisi yang begitu khas dalam masyarakat kita saat ini, bermanifestasi sebagai atrofi spiritual. 

Byung-Chul Han memulai bukunya “Sobre Dios. Pensar con Simone Weil” (2025,13), dengan kata-kata berikut: “Krisis agama saat ini tidak dapat dikaitkan hanya dengan fakta bahwa beberapa prinsip iman telah kehilangan validitasnya, bahwa kita tidak lagi percaya kepada Tuhan, atau bahwa Gereja telah kehilangan kredibilitasnya." 

"Sebaliknya, krisis ini seharusnya dijelaskan oleh serangkaian alasan struktural yang tidak kita sadari, tetapi bertanggung jawab atas ketiadaan Tuhan. Di antaranya adalah menurunnya perhatian

Oleh karena itu, krisis agama juga merupakan krisis perhatian. Krisis penglihatan dan pendengaran. Bukan Tuhan yang telah mati, melainkan manusia yang kepadanya Tuhan menyatakan diri-Nya.” 

Menurut Byung-Chul Han, krisis perhatian kontemplatif berkaitan erat dengan logika persepsi dan algoritma digital, yang melatih kita untuk terus memperbarui konten yang disajikan dalam bentuk gambar dan video. 

Dilihat dari sudut pandang ini, ruang digital mengintensifkan penurunan perhatian, sebuah ruang di mana penundaan dan konsenstrasi yang mendalam tidak mungkin terjadi. 

Mata kita tak bisa diam di tengah kecepatan arus informasi dan komunikasi yang tak terputus. 

Mata manusia terus-menerus terdorong ke dalam konsumsi konten digital yang berlebihan. 

Mata telah belajar untuk tidak berlama-lama pada sesuatu. Mata menjadi tak sabar dengan penundaan. 

Mata digital adalah mata rakus yang melahap foto, video supersingkat, dan informasi tanpa henti. 

Ia tak dapat mempertimbangkan atau memandang sesuatu dalam waktu lama. Ruang digital adalah eksekutor perhatian dan konsentrasi.  

Seperti yang diperingatkan Byung-Chul Han dalam “Por favor, Cierra los ojos. A la búsqueda de otro tiempo diferente” (2016, 5): 

“Saat ini, persepsi tak mampu disimpulkan, karena ia melesat menembus jaringan digital yang tak berujung. Perubahan gambar yang cepat membuat seseorang mustahil memejamkan mata, karena hal ini mengandaikan penundaan kontemplatif. Gambar saat ini dikonstruksi sedemikian rupa sehingga mustahil untuk memejamkan mata.” 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved