Opini
Opini: TKA Mendorong Terwujudnya Asesmen yang Obyektif dan Adil
Masih ada anak didik setingkat SMA/SMK yang gagap membaca dan tidak mampu memahami makna tersirat dari teks yang dibaca.
Hasil TKA murid diakui secara resmi sebagai capaian akademiknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau memasuki dunia kerja.
Standardisasi dan kesetaraan dalam penilaian TKA memastikan bahwa murid pendidikan non formal dan informal setara dengan murid sekolah formal.
Ketiga, mendorong peningkatan kapasitas pendidik dalam mengembangkan penilaian yang berkualitas.
TKA yang dirancang secara serius akan memberikan gambaran yang utuh tentang kemampuan anak didik yang sebenarnya. Ketika mempersiapkan anak didiknya guru mesti mengikuti standar soal yang diberikan saat TKA.
Dengan cara demikian guru belajar untuk menghasilkan model soal yang berkualitas.
Pasca tes, guru juga tetap belajar dengan mengidentitikasi dan merefleksikan sejauh mana ia membimbing anak didiknya hingga mencari solusi demi memperbaiki pembelajaran dan model soal yang diterapkan dalam kelas.
Keempat, memberikan informasi kepada murid yang bersangkutan tentang kelebihan dan kekurangan dirinya dalam bidang akademik.
TKA yang dilaksanakan dengan jujur, obyektif dan adil akan memberikan gambaran yang sejati tentang kelebihan dan kekurangan anak didik terutama dalam bidang akademik. Nilai yang diperoleh adalah yang sebenar-benarnya.
Dengannya anak didik mengetahui dan mengenal dirinya, pada mata pelajaran mana dia unggul dan pada pelajaran mana dia perlu meningkatkan semangat belajarnya.
Pengenalan diri secara tepat akan menjadi tonggak dasar untuk mengembangkan diri sesuai bakat dan talentanya.
Obyektif dan Adil
Penyelenggaraan TKA pada tahun ini sebagaimana diharapkan oleh Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah mesti obyektif dan adil.
Asas obyektif ini penting ditekankan karena belajar dari pengalaman sebelumnya banyak kali penyelenggaraan ujian tidak menggambarkan kondisi atau kemampuan anak didik yang sebenarnya.
Ada anak yang sebenarnya kemampuan numerasinya rendah namun nilai yang tertera di rapor atau ijazah tinggi. Ada juga anak yang kemampuan literasinya pas-pasan tapi yang tertera di ijazah nyaris sempurna.
Ketidaksinkronan antara kompetensi anak didik yang sebenarnya dengan skor yang tertera di rapor bila digunakan sebagai acuan pengambilan kebijakan akan melahirkan kebijakan yang jauh panggang dari api.
Litani kegagalan pendidikan akan makin panjang karena kebijakan yang dihasilkan berasal dari diagnosa yang keliru.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Adi-Ngongo.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.