Opini
Opini: Transformasi Pendidikan yang Membumi
Persoalannya, bagaimana menjadikan Muspas menghasilkan pemikiran membumi dan penerapan yang berdampak?
Dalam arti ini transformasi pendidikan harus dimulai dari menyiapkan guru-guru terbaik. Inilah gerakan sunyi yang mesti dilakukan.
Guru-guru handal dengan persiapan dan jaminan hidup yang membuat mereka ‘enjoy’ mengabdi perlu menjadi pemikiran dan mengapa tidak menjadi resolusi dari muspas.
Kedua, penataan sekolah dengan manajemen yang baik perlu menjadi prioritas. Itu berarti, KAK beada pada pilihan antara penguatan secara kuantitatif atau kualitatif.
Secara kuantitas, kepemilikan 74 institusi pendidikan di bawah sebuah Yayasan tentu bukan hal yang mudah.
Terbayang, bagaimana sebuah Yayasan harus bergulat antara tuntutan keadilan komutatif memperlakukan semua sekolah sama rata sama rasa, atau secara distributif memberikan perlakuan secara proporsional sesuai kontribusi dan kebutuhan?
Inil pilihan yang tidak mudah. Dalam kebanyakan kasus, institusi gereja dengan institusi yang terlalu banyak sebagai pengayom akhirnya lebih mengutamakan keadilan secara komutatif.
Akibatnya yang terjadi, terjadi penurunan signifikan hingga membuat sekolah katolik tidak tampil beda dan malah ditinggalkan.
Terhadap hal ini, pembenahan manajerial, pengelolaan sekolah yang lebih desentralitatif bisa menjadi sebuah pemikiran.
Untuk hal ini, pemberian prioritas dalam pembenahan sekolah tertentu sebagai sekolah unggulan perlu menjadi kesadaran bersama dalam muspas. Sebaliknya ide fantastis menjadikan semua sekolah sebagai agen transformasi bisa saja kedengaran indah tetapi kerap gagap dalam praksis.
Ketiga, komitmen jalan bersama sebagai subtema dalam muspas ini karena itu tidak bisa dipahami sekadar melakukan semuanya secara sama.
Bila dipahami dalam arti ini maka analog anak kecil yang ingin memiliki semua balon yang ia lihat yang pada akhirnya tidak ada satupun yang ia genggam karena terlalu ingin memiliki semua.
Demikian juga prioritas pada beberapa sekolah agar lebih fokus akan terasa lebih reaslistis.
Jalan ke arah ini tentu tidak mudah. Mengutip penyair Spanyol, Antonio Machado, kalaupun belum ada jalan dan yang terbentang hanyalah hutan belantara, tetap saja berusaha berjalan karena lama kelamaan, jalur yang diindak berulang kali akan menjadi jalan.
Harapan inilah yang coba dititipkan untuk peserta muspas untuk bersama meretas jalan inovatif yang bisa menjamin kesuksesan mencapai Indonesia Emas 2045. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.