Opini

Opini: Mengungkap Kausalitas Fenomena Spasial Kemarau Basah di NTT

Fenomena yang kontradiktif ini adalah sebuah misteri. Sebagian bertanya, mengapa hujan bisa datang saat seharusnya kemarau? 

|
Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI HAMDAN NURDIN
Hamdan Nurdin 

BMKG mengklasifikasikan curah hujan menjadi empat kategori: Rendah, Menengah, Tinggi dan Sangat Tinggi. 

Secara umum, data analisis curah hujan Dasarian II September 2025 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah NTT berada dalam kategori Rendah, dengan curah hujan berkisar 0-50 milimeter per dasarian

Ini adalah kondisi yang wajar dan sesuai dengan ekspektasi musim kemarau.

Namun, di luar tren umum tersebut, terjadi fenomena yang sangat kontradiktif terjadi di beberapa wilayah justru mengalami curah hujan dengan kategori yang lebih tinggi. 

Curah hujan kategori Menengah (51-150 mm/dasarian) tercatat di sebagian besar Kabupaten Manggarai Barat, sebagian kecil Kabupaten Manggarai, sebagian besar Kabupaten Manggarai Timur, sebagian kecil Kabupaten Nagekeo, sebagian besar Kabupaten Ende, sebagian Kabupaten Sikka, sebagian kecil Kabupaten Sumba Barat dan sebagian kecil Kabupaten Sumba Timur.

Puncak anomali terjadi di wilayah Manggarai Raya, data menunjukkan sebagian kecil Kabupaten Manggarai Barat, sebagian besar Kabupaten Manggarai dan sebagian kecil Kabupaten Manggarai Timur mengalami curah hujan kategori Tinggi (151-300 mm/dasarian). 

Bahkan, di sebagian kecil Kabupaten Manggarai, curah hujan mencapai kategori Sangat Tinggi dengan curah hujan mencapai 300 mm/dasarian. 

Angka ini sangat luar biasa untuk musim kemarau dan mengindikasikan bahwa ada kekuatan atmosfer yang signifikan yang mampu menumpahkan air secara masif di tengah kondisi yang seharusnya kering. 

Hal ini bukan sekadar anomali acak, melainkan sinyal kuat dari mekanisme iklim lokal yang sedang bekerja dengan intensitas tinggi.

Bagaimana perkembangan curah hujan di 10 hari berikutnya? Setelah menganalisis kondisi saat ini, pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang akan terjadi di dasarian berikutnya? 

Untuk menjawabnya, BMKG merilis prediksi dengan curah hujan dengan menggunakan metode probabilistik. 

Memahami prediksi ini seperti melihat ramalan pertandingan sepak bola yang dilengkapi dengan "tingkat keyakinan" atau "peluang kejadian." 

Prediksi ini tidak mengatakan, "Tim A pasti akan menang," melainkan, "Tim A memiliki peluang 71-100 persen untuk menang." 

Hal ini membantu kita memahami bahwa ramalan cuaca bukan jaminan mutlak, melainkan sebuah prediksi dengan didasarkan pada probabilitas tertinggi.

Antara Kepastian dan Kemungkinan

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved